Senin, 18 Agustus 2025

Kenali Placenta Previa, Gangguan Kehamilan yang Bisa Sebabkan Masalah Serius Saat Persalinan

Placenta previa merupakan salah satu gangguan kehamilan yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil. 

canalc.com.ar
GANGGUAN KEHAMILAN- Ilustrasi kehamilan. Placenta previa merupakan salah satu gangguan kehamilan yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil.  

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Placenta previa merupakan salah satu gangguan kehamilan yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil. 

Kondisi ini terjadi ketika sebagian atau seluruh plasenta menutupi jalan lahir (ostium uteri interna), yang bisa menyebabkan komplikasi serius saat persalinan.

Baca juga: Lagi Hamil 7 Minggu, Wanita di Palembang Ini Malah Batal Dinikahi, Mantan Calon Suami Dipolisikan

Hal ini diungkapkan oleh dokter spesialis kandungan dr. Fauzan Achmad Maliki, Sp.OG. 

Lebih lanjut ia pun menjelaskan terlebih dahulu awal pembentukan plasenta. Di mana dimulai terbentuk sejak janin dibuahi di dekat ovarium. 

Setelah dibuahi, sel telur yang telah bertemu sperma akan bergerak melalui saluran tuba falopi dan akhirnya menempel di rahim. 

Baca juga: Al Ghazali dan Alyssa Daguise Sudah Persiapan Program Hamil, Ingin Punya Anak Cowok

Proses penempelan inilah yang menentukan posisi plasenta selama kehamilan.

Posisi menempel plasenta bisa di bagian fundus atau di bagian puncak daerah rahim. Bisa pula di bagian dinding depan atau dinding belakang daerah rahim. 

Posisi plasenta ini juga bisa berdempet sekali dengan bagian bawah daerah rahim. 

"Jika plasenta berkembang di dekat bagian bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh mulut rahim, kondisi ini disebut placenta previa. Kondisi ini dikategorikan berdasarkan tingkat penutupan terhadap jalan lahir," ungkapnya pada talkshow kesehatan yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Senin (2/6/2025). 

Placenta previa itu terjadi ketika bagian dari placenta itu menutupi ostium uteri interna, atau bagian terdalam dari mulut rahim. 

"Dia bisa total tertutup semuanya, bisa tertutup sebagian atau parsian. Atau mungkin dia hanya plasenta yang letaknya rendah atau kurang dari 2 cm dari tepi bawah dari mulut rahimnya," imbuhnya. 

Placenta previa bisa menghalangi jalur lahir secara normal, sehingga persalinan biasanya harus dilakukan melalui operasi caesar. 

Namun, tidak semua ibu hamil berisiko mengalami kondisi ini. 

Ada beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya placenta previa.

“Jadi pada awal kehamilan posisi placenta bisa dimana punya. Tapi ada beberapa orang-orang yang beresiko dimana kemungkinan terjadi placenta previa lebih tinggi dibandingkan orang lain," kata dr Fauzan.
 
Faktor pertama adalah usia ibu hamil. Semakin tua usia ibu, risiko placenta previa meningkat.

“Satu, faktor usia. Semakin bertambahnya usia seorang ibu, maka akan meningkatkan resiko placenta previa. Dari data dikatakan ketika usia ibu kurang dari 35 tahun, kemungkinan terjadi placenta previa adalah sekitar 0,5 persen. Sedangkan ketika di atas 35 tahun bisa sampai dengan 1,1-1,2 persen," paparnya. 

Selain usia, jumlah kehamilan sebelumnya juga turut memengaruhi risiko. 

Semakin sering seorang ibu hamil, kualitas dinding rahim sebagai tempat menempel plasenta dapat menurun.

“Semakin banyak jumlah kehamilan, area yang dinding rahim yang masih bagus untuk menempelkan plasenta akhirnya akan sedikit berkurang. Akhirnya dia menempelnya di bagian bawah," jelasnya. 

Tak hanya itu, kebiasaan merokok, baik aktif maupun pasif, juga meningkatkan risiko.

“Angka merokok itu kan naik ya. Mulai banyak wanita-wanita usia muda yang merokok. Dan merokok sendiri meningkatkan resiko placenta previa 2 kali lipat lebih tinggi. Karena tingginya karbon monoksida yang dikandung di darahnya," lanjutnya dr Fauzan. 

Bahkan, merokok di dekat ibu hamil, khususnya pada masa awal kehamilan saat plasenta baru mulai menempel, bisa berdampak negatif.

“Sehingga bapak-bapak ikut turut andil terjadinya placenta previa ketika merokok di dekat dari ibu-ibu yang pada proses awal mau penempelan dari plasenta nya," imbaunya. 

Kehamilan kembar juga menjadi faktor risiko. Hal ini karena terbatasnya ruang di rahim untuk menempelkan plasenta.

Terakhir, riwayat persalinan dengan operasi caesar juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya placenta previa pada kehamilan selanjutnya.

"Makanya kalau memang tidak ada indikasi untuk melahirkan dengan seksio cesaria (operasi caesar). Ada baiknya persalinan pertama, kedua dengan persalinan normal. Sehingga meminimalkan risiko placenta previa untuk kehamilan berikutnya," tutupnya.

Dengan memahami berbagai faktor risiko ini, diharapkan ibu hamil dapat lebih waspada dan berkonsultasi rutin dengan tenaga kesehatan.

Deteksi dini dan penanganan tepat sangat penting untuk memastikan kehamilan berjalan aman dan sehat.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan