Idul Adha 2025
Daging Sapi dan Kambing, Mana yang Lebih Rendah Lemak? Ini Perbandingannya
Konsumsi daging dalam jumlah besar tanpa disadari bisa meningkatkan risiko kolesterol tinggi, penyakit jantung hingga diabetes melitus.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Daging sapi dianggap lebih menyehatkan daripada daging kambing, benarkah demikian?.
Baca juga: 10 Makanan Alternatif Berprotein Tinggi untuk yang Tidak Makan Daging Kambing dan Sapi Kurban
Pakar Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair), Lailatul Muniroh mengatakan anggapan itu tidak benar. Selama ini banyak masyarakat salah kaprah bahwa daging sapi lebih rendah lemak daripada daging kambing.
Ia mengatakan dalam beberapa kasus daging kambing justru memiliki kandungan lemak jenuh dan kalori yang lebih rendah daripada daging sapi.
“Yang penting adalah jumlah dan cara pengolahannya. Porsi aman konsumsi daging merah matang sekitar 50–70 gram per sajian, maksimal dua hingga tiga kali seminggu,” ujarnya dikutip dari laman resmi Unair pada Kamis (5/6/2025).
Konsumsi daging dalam jumlah besar tanpa disadari bisa meningkatkan risiko kolesterol tinggi, penyakit jantung hingga diabetes melitus. Apalagi menyantap jeroan yang tinggi kolesterol dan memasaknya dengan cara yang tidak sehat seperti digoreng atau dimasak dengan santan.
Proses memasak dengan suhu tinggi misalnya dibakar atau digoreng justru menghasilkan senyawa toksik.
Sebaliknya, metode merebus atau mengukus ia nilai lebih aman secara kimiawi dan tetap menjaga kandungan gizinya.
Baca juga: Hukum Menyembelih Hewan Kurban sebelum Salat Idul Adha, Apakah Sah?
“Meskipun tidak serta-merta menurunkan kadar lemak, metode memasak rendah suhu seperti mengukus jauh lebih sehat daripada membakar hingga hangus,” ujarnya.
Ada baiknya konsumsi daging bersamaan dengan makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah.
Selain menjaga kadar kolesterol, serat juga membantu memperlancar pencernaan dan mengurangi risiko gangguan metabolik.
Baca juga: 7 Tips Merebus Daging Sapi agar Cepat Empuk dan Tidak Alot
“Keseimbangan dan kesadaran adalah kunci. Bukan berarti tidak boleh makan daging, tapi harus tahu kapan cukup dan bagaimana mengolahnya,” pungkasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.