Datangi RSHS Bandung, Menkes dan Dedi Mulyadi Kompak Gendong Bayi Kembar Siam Nadia dan Nadira
Operasi pemisahan bayi kembar siam sangat kompleks dalam pelayanan ibu dan anak. Mulai dari biaya yang tinggi hingga membutuhkan tim medis kompeten.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin menyebut operasi pemisahan bayi kembar siam sangat kompleks dalam pelayanan ibu dan anak. Mulai dari biaya yang tinggi hingga membutuhkan tim medis yang kompeten.
Baca juga: Cerita Orang Tua Bayi Kembar Siam di Tulungagung, Kehilangan Satu Anaknya usai Operasi Pemisahan
Hal itu disampaikan Menkes saat menjenguk bayi kembar siam asal Jawa Barat bernama Nadia dan Nadira yang baru saja menjalani operasi pemisahan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jawa Barat. Menkes menjenguk bayi kembar siam tersebut bareng Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Saat menjenguk keduanya sempat menggendong bayi kembar siam Nadia dan Nadira. Baik Menkes yang mengenakan kemeja batik berkelir cokelat dan Dedi Mulyadi mengenakan busana serba putih terlihat ceria saat menggendong bayi kembar siam tersebut.
Kedua bayi kembar ini dalam keadaan stabil pascaoperasi. Saat ini ujar Menkes, operasi pemisahan bayi kembar siam di Indonesia baru bisa dilakukan di RS dengan kapasitas pelayanan tingkat tertinggi.
“Ini adalah tindakan yang paling kompleks untuk masyarakat, dan RSUP Dr Hasan Sadikin mampu melakukannya,” ujar Menkes Budi, Rabu(11/6/2025).
Sejak tahun 2010, RS Dr Hasan Sadikin telah menangani 33 kasus kembar siam dengan 13 operasi pemisahan. Ia pun menyoroti tantangan dalam aspek pembiayaan. “Rumah sakit harus punya model yang bisa subsidi silang. Supaya kasus-kasus seperti ini tetap bisa ditangani dan masyarakat tidak terbebani,” tegas Menkes.
Direktur Utama RS Dr Hasan Sadikin, dr Rachim Dinata Marsidi, menjelaskan, operasi ini melibatkan kerja tim multidisiplin terdiri dari dokter spesialis berbagai bidang, perawat, ahli gizi, farmasi, radiologi, psikolog, dan tim manajemen rumah sakit.
“Kami menjalankan pendekatan tiga tahap preoperatif, intraoperatif, dan post operatif dengan perencanaan matang, simulasi berulang, teknologi terkini, dan pemantauan intensif di masa kritis,” ujar dr Rachim.
Baca juga: Buntut Kasus Rudapaksa di RS Hasan Sadikin, Kegiatan PPDS Anestesi Dihentikan Sementara
Dr Rachim mengatakan, kasus bayi kembar siam ini menjadi pengingat pentingnya akses pelayanan kehamilan yang berkualitas, termasuk edukasi dan deteksi dini.
“Betapapun kompleks kondisi medisnya bayi yang lahir tetap memiliki kesempatan yang adil untuk hidup, tumbuh, dan berkembang,” ujar dr Rachim.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.