Terlalu Sering Makan Seblak Bisa Picu Usus Buntu? Ini Penjelasan Dokter
Makanan pedas seperti seblak dapat merangsang mukosa usus, yang bisa memicu peradangan.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Makanan pedas seperti seblak sedang populer di kalangan Gen Z dan generasi milenial.
Namun, muncul kekhawatiran: benarkah terlalu sering makan seblak bisa memicu usus buntu?
Terkait hal ini, Dokter Spesialis Bedah Digestif dari RS Hermina Solo, dr. Riskie Aditya, Sp.B-KBD beri jawaban.
Ia mengungkapkan jika seblak memang nikmat, tapi jika dikonsumsi terlalu sering, bisa memicu gangguan saluran cerna, termasuk usus buntu.
Baca juga: Hobi Makan Seblak dan Bakso, 8.861 Remaja Putri di Karawang Anemia, Ini Bahayanya Jika Disepelekan
Menurut dr. Riskie, makanan pedas seperti seblak dapat merangsang mukosa usus, yang bisa memicu peradangan.
“Mukosa usus bisa menyebabkan dari peradangan usus besar atau namanya kolitis, atau mungkin dia bisa menyebabkan appendicitis juga,” jelas dr Riskie dalam live streaming Healthy Talk di kanal YouTube Tribun Health, Selasa (17/6/2025).
Namun, ia menambahkan bahwa makanan pedas hanya bersifat meningkatkan risiko, bukan penyebab langsung.
Konsumsi dalam batas wajar, seperti seminggu sekali, umumnya masih aman.
Tapi jika dikonsumsi setiap hari, usus harus bekerja ekstra keras dan hal ini bisa memicu gangguan pencernaan.
Dampak Jangka Panjang Setelah Operasi Usus Buntu
Lebih lanjut, jika usus buntu sudah meradang parah, maka tindakan operasi pengangkatan (apendektomi) sering kali tak bisa dihindari.
Lantas, apakah ada efek samping jangka panjang setelah operasi?
Menurut dr. Riskie, ada beberapa risiko bisa terjadi pascaoperasi, seperti perlengketan usus (adhesi) dan abses atau nanah di rongga perut.
Namun, tingkat risikonya sangat bergantung pada kondisi pasien saat pertama kali ditangani.
“Kalau kita sudah menerima pasien-pasien yang sudah pecah usus buntunya, sudah lengket, sudah kontaminasi luas atau fesesnya sudah ke seluruh lapangan perut, itu akan jauh lebih meningkatkan risiko,” kata dr. Riskie.
Sebaliknya, jika penanganan dilakukan sedini mungkin sebelum infeksi menyebar, risiko komplikasi menjadi jauh lebih minimal.
Kesalahan Umum Saat Mengalami Nyeri Perut
Satu kesalahan umum yang sering dilakukan orang dewasa saat mengalami gejala usus buntu adalah mengabaikan nyeri perut atau hanya mengandalkan obat pereda nyeri tanpa pemeriksaan lanjutan.
Padahal, nyeri di perut kanan bawah bisa menjadi gejala berbagai penyakit, termasuk apendisitis, batu ureter, kolitis, hingga masalah organ reproduksi seperti miom dan kista ovarium pada perempuan.
Banyak pasien yang memilih menunda ke dokter dan hanya minum obat pereda nyeri.
Akibatnya, infeksi terus berlanjut dan saat akhirnya diperiksa, usus buntu sudah dalam kondisi parah bahkan pecah.
Dr. Riskie mengingatkan agar masyarakat tidak menyepelekan nyeri perut yang berulang atau tidak membaik dengan obat.
“Jika nyeri perut sudah diberikan anti nyeri tapi kok rasanya tidak hilang ataupun hilang timbul, maka segeralah periksa ke dokter,” ujarnya.
Sebagai langkah pencegahan, dr. Riskie mengingatkan pentingnya menjaga pola makan, menghindari konsumsi berlebihan makanan pedas dan olahan, serta rutin berolahraga dan mengonsumsi vitamin.
Langkah-langkah sederhana ini bisa membantu memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah risiko penyakit, termasuk usus buntu.
Sosok Wanita Penjual Seblak Tewas Dicor di Belitung Timur, Terakhir Terlihat Seminggu Lalu |
![]() |
---|
Sempat Populer Bersama Boyband Hitz, Irwan Chandra Ngaku Kini Bangkrut karena Sempat Kena Usus Buntu |
![]() |
---|
Dulu Bareng-bareng Bertujuh dengan Anggota Boyband Lainnya, Kini Rafael Tan Urus Semuanya Sendiri |
![]() |
---|
Dulu Bergaya Bak Idol K-pop, Kini Rafael Tan Ubah Penampilan Jadi Mamang-mamang Sunda |
![]() |
---|
Keracunan Makanan, Ria Ricis Muntah 10 Kali, Sempat Mengira Kena Tipes |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.