AI Berpotensi Mentransformasi Praktik Dermatologi, Kurikulum Harus Sesuai Kemajuan Teknologi
Dunia kedokteran kini berada di ambang revolusi besar, didorong oleh kemajuan pesat kecerdasan buatan (AI).
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Dunia kedokteran kini berada di ambang revolusi besar, didorong oleh kemajuan pesat kecerdasan buatan (AI).
Teknologi AI telah mengubah cara penyakit dideteksi, didiagnosis, dan diobati secara mendasar.
Dengan kemampuannya menganalisis data dalam skala besar, AI dapat mengenali pola-pola kompleks pada citra medis yang mungkin berasal dari mata manusia, mempercepat penemuan obat baru, hingga merancang rencana terapi yang dipersonalisasi untuk setiap pasien.
Baca juga: Kemenkes-Kemendiktisaintek Bentuk Komite Bersama Reformasi Pendidikan Kedokteran
Ketua Kolegium Dermatologi, Venereologi, dan Estetika (DVE) Indonesia, Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, Sp.DVE, Subsp.Ven., FINSDV, FAADV, memimpin sebuah penelitian inovatif yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan presisi diagnosis dan terapi dokter spesialis DVE di Indonesia.
Penelitian yang fokus pada aplikasi AI bernama ClinPath.ai ini berhasil meraih penghargaan di kancah nasional.
Riset yang menguji efektivitas ClinPath.ai ini melibatkan 44 dokter spesialis DVE sebagai responden. Hasilnya dipresentasikan dalam ajang Lomba Penelitian Ilmiah pada Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) PERDOSKI 2025 di Bali dan berhasil meraih Juara (2nd Runner Up) dalam kategori Oral Presentation Research.
Acara PIT PERDOSKI 2025 yang baru saja berakhir, berlangsung dari 10 hingga 13 Juli 2025 di Bali Nusa Dua Convention Center dan RS Universitas Udayana.
Tim peneliti yang solid ini terdiri dari dr. Rina Purnamasari (PPDS DVE UNS), dr. Akbar Fahmi, Abdi Salam, SSi, Muhammad Ridho Isdi, SSi (Multimedika Mahadata), dan dipimpin oleh Dr. dr. Prasetyadi Mawardi.
Visi Masa Depan: AI Sebagai Alat Bantu, Dokter Tetap Kunci
Menanggapi keberhasilan penelitian ini, Prasetyadi menekankan bahwa teknologi AI memiliki potensi besar untuk mentransformasi praktik dermatologi. Menurutnya, inovasi seperti ClinPath.ai
"Tentunya akan banyak membantu sejawat dalam mengimplementasi, mendiagnosis, dan melakukan manajemen terapi yang tepat," kata dia seperti dikutip, Rabu (6/8/2025).
Dia juga menyoroti perlunya adaptasi dalam dunia pendidikan kedokteran.
Prasetyadi sepakat bahwa kurikulum spesialis pendidikan harus terus berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi.
“Ilmu pengetahuan selalu berkembang. AI merupakan tool dalam membantu kita. Para sejawat juga didorong dan dimotivasi untuk selalu menyesuaikan dengan berbagai perubahan yang dinamis, termasuk di bidang DVE,” tegasnya.
Hal ini untuk memastikan dokter di masa depan tidak hanya menjadi pengguna pasif, tetapi mampu memvalidasi dan memahami keterbatasan teknologi yang mereka gunakan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
1.500 Warga Ternate Maluku Utara Dapat Layanan Kesehatan Gratis, Skrining TBC hingga Operasi Katarak |
![]() |
---|
Mendominasi! Ganesha Operation Cetak 53.000 Kelulusan Siswa ke PTN dan PT Kedinasan Tahun 2025 |
![]() |
---|
Pemprov DKI Jakarta Optimalkan Pemanfaatan AI di 9 Sektor Prioritas |
![]() |
---|
Antisipasi Ancaman Deepfake, Komdigi Gencarkan Literasi Digital |
![]() |
---|
Indonesia Siap Songsong Era Ekonomi Digital Berbasis Agentic AI |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.