Sabtu, 6 September 2025

Kesehatan

Waspadai Sindrom Nefrotik pada Anak, Begini Gejala Tersembunyi yang Sering Terlewat

Sindrom nefrotik pada anak umumnya ditandai dengan pembengkakan, terutama di area wajah atau perut saat pagi hari. 

Pexels/Pavel Danilyuk
ILUSTRASI SINDROM NEFROTIK - Ilustrasi pemeriksaan anak di rumah sakit oleh dokter yang diunduh dari Pexels pada Kamis (17/7/2025). sindrom nefrotik, penyakit yang menyerang ginjal dan bisa berkembang menjadi kondisi kronis jika tak segera ditangani. 

Sebagian besar kasus bisa sembuh dengan steroid murah.

Namun jika terapi dihentikan sepihak oleh orang tua, maka efektivitas pengobatan bisa menurun drastis.

“Karena orang tuanya sudah merasa, ah, nanti kalau bengkak, obatnya ini lagi. Lalu diobati, sudah tidak bengkak, berhenti lagi,” ungkapnya. 

Penting juga memperhatikan pemicu kekambuhan. Infeksi seperti batuk, pilek, diare, dan gigi berlubang dapat memicu kekambuhan sindrom nefrotik yang berat. 

Karena itu, pola hidup bersih dan sehat, seperti menjaga kebersihan gigi serta menerapkan 5M (seperti saat pandemi), bisa menjadi langkah protektif.

Dalam studi di RS Hasan Sadikin, mayoritas anak yang mengalami kekambuhan berat ternyata memiliki riwayat infeksi saluran napas atau gigi berlubang.

“Sebagian besar anaknya mengalami gangguan berupa kekambuhan yang sering pada sindrom nefrotik, dilatar belakangnya oleh seringnya batuk pilak, seringnya diare, dan juga adanya gigi berlubang yang tidak dilakukan tata laksana dengan baik,” jelasnya.

Sayangnya, kebijakan BPJS belum sepenuhnya mendukung program skrining dini untuk penyakit ginjal. 

Pemeriksaan urin tahunan yang sangat murah ini bisa menyelamatkan ribuan anak dari kerusakan ginjal permanen, namun belum dianggap layak untuk diklaim.

“Apakah progresifitas penyakit ginjal kronik dapat kita hentikan? Jawabannya bisa asal kita temukan secara dini,” tegasnya. 

Pemeriksaan urin rutin setiap tahun sejak usia 3 tahun sangat disarankan. 

Jika proteinuria terdeteksi dini, terapi bisa dilakukan tepat waktu sebelum kondisi memburuk. 

Biaya pemeriksaan ini bahkan tidak sampai seribu rupiah per anak, jauh lebih murah dibandingkan biaya obat imunosupresif yang harganya bisa puluhan juta.

Kebocoran ginjal pada anak bukan hanya masalah kesehatan, tapi juga masalah ekonomi keluarga dan negara. 

Oleh karena itu, upaya skrining dan edukasi masyarakat menjadi langkah kunci untuk menyelamatkan generasi muda dari penyakit ginjal kronik.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan