Waspada Kebiasaan Minum Teh setelah Makan, Ini Dampaknya bagi Kesehatan Tubuh
Kebiasaan meminum teh setelah makan sangat digemari semua orang, berikut dampaknya bagi kesehatan tubuh.
TRIBUNNEWS.COM - Kebiasaan meminum es teh atau teh hangat setelah makan sangat digemari sebagian orang.
Meski teh mengandung lebih sedikit kafein dibandingkan kopi, namun jika dikonsumsi terus menerus dan berlebihan bisa memberikan dampak tertentu bagi kesehatan tubuh.
Teh adalah minuman yang mengandung kafein, yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas.
Dilansir dari laman resmi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang, Spesialis Keperawatan Anak Novita Agustina, mengatakan bahwa teh mengandung tanin yang dapat mengikat zat besi non-heme (zat besi dari tumbuhan) dalam makanan.
Tanin bisa menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh, yang berisiko menyebabkan anemia defisiensi besi, terutama pada anak-anak, wanita hamil, dan lansia.
Anemia defisiensi besi adalah kondisi kekurangan nutrisi zat besi (Fe) yang mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah.
Semakin banyak tanin yang terkandung dalam teh, semakin banyak tannin yang larut dalam minuman, sehingga menghasilkan warna minuman yang lebih gelap, rasa yang lebih tajam, dan rasa yang lebih kuat.
Baca juga: 5 Dampak Anemia pada Remaja, Ketahui Gejalanya
Asupan tannin harian maksimum dalam makanan adalah 560 mg/kg, satu cangkir teh (220 ml) mengandung sekitar 195 mg/100 g tannin.
Dampak Kebiasaan Minum Teh setelah Makan
1. Anemia
Tannin pada teh dapat mengikat zat besi pada makanan, apalagi jika teh diminum bersama makanan, otomatis akan mengganggu penyerapan zat besi oleh tubuh, dimana tubuh membutuhkan zat besi untuk memproduksi sel darah merah.
Dalam sel terdapat hemoglobin yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Otomatis jika seseorang mengkonsumsi teh secara berlebihan, maka akan menyebabkan anemia dengan gejala seperti lesu, mudah atau lebih cepat lelah, lemas, lalai, sulit berkonsentrasi atau berpikir.
Sebuah penelitian dilakukan dengan membandingkan penyerapan zat besi pada orang yang makan dan minum air putih dan pada mereka yang makan dan minum teh.
Hasilnya, penyerapan zat besi pada peminum air sebesar 22,1 persen, sedangkan penyerapan zat besi pada peminum teh sebesar 6,9 persen.
Artinya, teh mampu menurunkan penyerapan zat besi hingga 70 persen.
Studi lain menunjukkan bahwa teh hitam merupakan penghambat penyerapan zat besi terkuat dibandingkan jenis teh lainnya.
Hasil analisis dari 9 ulasan menemukan adanya hubungan antara konsumsi teh dengan kejadian anemia pada remaja, dan 3 ulasan tersebut menemukan bahwa remaja yang minum teh memiliki peningkatan risiko terkena penyakit tersebut.
Remaja yang lebih sering minum teh memiliki risiko lebih tinggi terkena anemia dibandingkan remaja yang jarang atau tidak minum teh.
2. Berkaitan dengan gangguan pencernaan
Kafein dalam teh dapat meningkatkan asam lambung, mengiritasi saluran pencernaan, dan menyebabkan mual, mulas, dan diare jika diminum saat perut kosong.
3. Diabetes
Minum teh alami mempunyai efek yang baik bagi kesehatan, namun jika dikonsumsi berlebihan, tambahan gula dan susu tinggi lemak akan menyebabkan peningkatan gula darah (diabetes).
Meski begitu, remaja tetap bisa meminum teh sebanyak 2 cangkir atau sekitar 440ml dengan air teh murni.
Perbanyak mengkonsumsi minuman air jeruk yang mengandung vitamin C karena bisa mengikat zat besi.
(Tribunnews.com/Latifah)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.