Amandel di Belakang Hidung Bisa Bikin Anak Sering Infeksi Telinga
Kondisi ini bahkan dapat berujung pada penyakit kronis bernama kolesteatoma, atau kista jinak, namun bisa merusak pendengaran secara permanen.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Jangan sepelekan batuk pilek pada anak. Gangguan ini ternyata bisa memicu masalah telinga yang berbahaya jika dibiarkan.
Lebih mengejutkan lagi, penyebabnya bukan cuma kotoran atau infeksi biasa, tapi bisa berasal dari pembesaran adenoid.
Adenoid, merupakan amandel yang letaknya di belakang hidung. Saat alami pembesaran, diam-diam bisa mengganggu saluran telinga.
Baca juga: Batuk Pilek pada Anak Bisa Picu Gendang Telinga Pecah, Orang Tua Wajib Waspada
Kondisi ini bahkan dapat berujung pada penyakit kronis bernama kolesteatoma, atau kista jinak, namun berbahaya yang bisa merusak pendengaran secara permanen.
Banyak orang tua tidak menyadari, karena gejalanya sering kali mirip infeksi telinga biasa.
Dokter spesialis telinga, hidung, tenggorok (THT), bedah kepala dan leher RS Pondok Indah, dr. Ashadi Budi, Sp.T.H.T.B.K.L menjelaskan, adenoid adalah jaringan amandel yang menjadi bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Jika ukurannya membesar, adenoid bisa menghalangi keluarnya cairan dari telinga tengah.
“Ingus itu bisa masuk tapi dia susah keluar. Akhirnya infeksinya entah dia sering terjadi atau memang susah diatasi. Jadi berulang, berulang, berulang,” jelasnya.
Adenoid Membesar, Infeksi Telinga Jadi Langganan
Adenoid bekerja seperti filter yang membantu tubuh melawan kuman.
Namun, pada anak-anak usia 1–5 tahun, adenoid lebih rentan membesar akibat seringnya batuk pilek atau infeksi saluran napas.
Ketika pembengkakan terjadi, cairan telinga yang seharusnya mengalir keluar jadi terjebak dan memicu infeksi berulang.
Walau tidak semua pembesaran adenoid berujung masalah serius, risikonya tidak boleh diabaikan.
Jika infeksi berulang dibiarkan, kerusakan gendang telinga bisa terjadi.
Dari Robek Gendang ke Kolesteatoma
Robekan di bagian tepi gendang telinga atau rim menjadi pintu masuk kulit saluran telinga ke telinga tengah.
Inilah yang memicu terbentuknya kolesteatoma, kista jinak yang posisinya berbahaya karena bisa merusak tulang pendengaran dan menyebar ke area sekitar telinga.
“Orang yang pecahnya waktu kecil, terus sekarang usianya 25 tahun, otomatis resiko untuk terjadi kolesteatoma besar sekali,” kata dokter.
Gejala Sering Diabaikan
Kolesteatoma berkembang perlahan, sering kali tanpa gejala mencolok di awal.
Penderita mungkin hanya mengalami cairan telinga yang tidak kunjung kering atau pendengaran yang menurun sedikit demi sedikit.
Namun, jika terlambat diobati, kolesteatoma bisa menyebabkan infeksi parah hingga komplikasi serius.
Oleh karena itu, orang tua perlu waspada jika anak sering mengalami nyeri telinga, pilek berulang, atau keluar cairan dari telinga.
Pemeriksaan dini ke dokter THT sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang.
“Penyakit itu hampir selalu, waktu diabaikan, masalah akan bisa berkembang. Ada resiko berkembang,” tegas dokter.
Dengan kewaspadaan dan penanganan cepat, risiko gangguan pendengaran permanen akibat adenoid dan kolesteatoma dapat diminimalkan, sehingga anak dapat tumbuh dengan pendengaran yang sehat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.