Apakah Orang dengan Gangguan Irama Jantung Boleh Tetap Olahraga? Begini Penjelasan Dokter
Banyak pasien yang merasa ragu atau takut berolahraga setelah didiagnosis mengidap aritmia atau gangguan irama jantung.
Penulis:
M Alivio Mubarak Junior
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak pasien yang merasa ragu atau takut berolahraga setelah didiagnosis mengidap aritmia atau gangguan irama jantung.
Irama jantung adalah pola atau ritme detak jantung yang dihasilkan oleh sistem listrik alami jantung.
Baca juga: Berikut Pola Hidup dan Kebiasaan yang Berisiko Meningkatkan Aritmia Jantung
Irama ini menunjukkan bagaimana jantung berdetak—apakah teratur, terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak beraturan. Irama jantung yang normal disebut sinus rhythm, dengan frekuensi antara 60–100 denyut per menit saat istirahat.
Namun menurut dr. Dony Yugo Hermanto, Sp.J.P Subsp.Ar (K), FIHA, dokter spesialis jantung dari Rumah Sakit Pondok Indah, aktivitas fisik tetap aman dilakukan oleh pasien aritmia selama penanganan medis sudah dilakukan dengan tepat.
"Gak apa-apa, mau olahraga yang sehat itu ya nggak apa-apa," kata dr. Dony dalam wawancara ekslusif di Kantor Tribunnews, Jakarta, Rabu (30/7/2025).
Baca juga: Ketika Robot Gantikan Terapi Manual: Masa Depan Rehabilitasi Sudah Tiba?
Meski begitu, ia mengingatkan istilah "berat" dalam olahraga bersifat relatif dan harus disesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing pasien.
"Olahraga yang maksud saya berat itu kan relatif ya, yang bisa di-handle sama itu silakan aja, kecuali misalnya ada indikasi lain buat menghalangi olahraga," ujarnya.
dr. Dony menegaskan aritmia sendiri tidak selalu menjadi halangan untuk berolahraga.
Namun situasi bisa berbeda jika aritmia disebabkan oleh penyakit jantung lain, seperti jantung koroner, yang belum tertangani.
"Beda cerita sama misalnya dia aritmia karena jantung koroner, nah ini jantung koronernya belum ditangani nih, ya jangan olahraga," jelasnya.
Ia bahkan mencontohkan kasus pemain bola asal Denmark, Christian Eriksen, yang sempat mengalami henti jantung karena aritmia namun bisa kembali bermain setelah menjalani terapi.
"Dia aritmia terus dia diterapi, dipasang alat namanya defibrillator yang intrakutan, terus dia main lagi. Main aja ya, nggak ada masalah, jadi ya silakan aja. Tapi yang penting sudah diterapi, jangan sampai nggak diterapi," ungkapnya.
Namun, dr. Dony mengingatkan setiap pasien memiliki kondisi berbeda, sehingga keputusan untuk berolahraga tetap harus melalui konsultasi dokter.
Langkah Awal Penanganan Aritmia
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.