Sering Nyeri Leher? Bisa Jadi Gangguan Serius pada Saraf, Otot, atau Struktur Tulang Belakang
Jika dibiarkan, nyeri yang awalnya datang dan pergi bisa berkembang menjadi kondisi kronis. Jangan anggap sepele kondisi ini.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Willem Jonata
Selain faktor posisi duduk dan kebiasaan bekerja, berat badan berlebih hingga olahraga intensitas tinggi juga bisa memicu terjadinya gangguan pada leher.
Menyerang Berbagai Usia
Keluhan nyeri leher tidak hanya dialami orang dewasa atau lansia, tetapi juga remaja.
Anak-anak muda yang gemar bermain ponsel sambil tiduran dengan posisi miring, atau yang aktif berolahraga tanpa pemanasan cukup, juga berisiko mengalami cedera leher.
"Pada remaja bila terjadi, yang paling sering adalah nomor satu karena olahraga. Nomor dua karena posisi belajar yang tidak tepat. Tapi pada kasus seperti itu biasanya tidak berat," imbuhnya.
Namun, penting untuk tetap waspada karena keluhan ringan pun bisa berkembang jika tidak ditangani.
Menurut dr. Didik, penting bagi siapa pun yang mengalami nyeri leher berkepanjangan untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Bila nyeri berlangsung lebih dari dua hingga tiga minggu tanpa perbaikan setelah minum obat atau terapi, maka perlu pemeriksaan lebih lanjut.
"Misalnya dia sudah minum obat, sudah berobat, sudah terapi tapi tidak hilang-hilang, nyeri lehernya sudah tiga minggu terus menerus atau dua minggu ke atas. Coba dicek dulu, apakah perlu rontgen atau pemeriksaan lanjutan," tutupnya.
Pakar Sebut Olahraga Pilates Bisa Perbaiki Struktur Tubuh Pekerja Kantoran yang Kelamaan Duduk |
![]() |
---|
Waspadai Efek Penggunaan Gadget Berlebihan: Tangan dan Kaki Kesemutan Pundak Berat, Leher Sakit |
![]() |
---|
Kesemutan Jangan Dianggap Sepele, Bisa Jadi Gejala Penyakit Serius |
![]() |
---|
Jangan Anggap Sepele Kesemutan, Bisa Jadi Tanda Kerusakan Saraf Tepi! |
![]() |
---|
8 dari 10 Orang Indonesia Alami Neuropati Tanpa Terdiagnosis Lebih Awal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.