Bisa Turunkan Kecerdasan dan IQ, Ini Tips bagi Orang Tua Cegah Anemia pada Anak
Anemia pada anak sering terjadi pada anak di seluruh dunia, terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Willem Jonata
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Balita rentan mengalami Anemia Defisiensi Besi (ADB). Dan pencegahan anemia kini menjadi prioritas pemerintah.
ADB sendiri merupakan kondisi dimana tubuh mengalami kekurangan zat besi. Kondisi tersebut sering terjadi pada anak di seluruh dunia, terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia.
Dokter spesialis anak, dr. Agnes Tri Harjaningrum, Sp.A, mengatakan dampak ADB pada anak tidak main-main.
ADB pada balita bisa menurunkan kecerdasan dan IQ, di mana bisa mempengaruhi masa depan anak.
Baca juga: Angka Kelahiran Prematur Masih Tinggi, POGI Soroti Anemia, TBC hingga Obesitas pada Ibu Hamil
Selain itu ADB juga dapat memicu ketidakstabilan emosi anak, anak mudah menangis dan stres.
“Anak mengalami gangguan emosi, dia akan cepat marah, dia emosi yang lebih gampang nangis, lebih gampang stres, regulasi emosinya juga tidak bagus,” jelas dr. Agnes dalam talkshow gizi peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025 yang diselenggarakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) bersama Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) di kantor KemenPPPA, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (6/8/2025).
Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua untuk Mencegah ADB pada Anak?
1. Saat Hamil
Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD). Ibu hamil dan remaja putri merupakan kelompok yang rentan mengalami anemia. Karena itu pemberian suplemen zat besi atau TTD menjadi hal penting.
TTD bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah.
2. Bayi
Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan, dr. Lovely Daisy, MKM menjelaskan kualitas ASI akan menurun seiring bertambahnya usia anak.
Karena itu pemberian MPASI yang bergizi untuk anak harus tepat waktu dan tidak boleh terlambat.
“Karena kalau enam bulan itu ASI sudah tidak mencukupi lagi untuk kebutuhan anak. Tapi kalau sesudah 6 bulan itu, kita jangan sampai terlambat memberikan makanan pendamping ASI,” ujar dr. Lovely.
3. Balita
Dr Agnes menekankan pentingnya MPASI yang sudah terfortifikasi kepada balita yang sudah memasuki usia enam bulan.
Kualitas ASI sudah menurun di usia enam bulan maka perlu makanan atau minuman yang dapat memberikan zat besi tambahan.
“Anak-anak dapat diberikan MPASI yang sudah terfortifikasi untuk memenuhi zat besi,” ujar dr. Agnes
Kolaborasi untuk Pencegahan Anemia
Di kesempatan yang sama, Menteri PPPA Arifah Fauzi menyebut pemenuhan gizi terutama zat besi pada anak dalam lingkungan keluarga harus menjadi perhatian.
“Pemenuhan gizi menjadi prioritas utama dalam keluarga karena untuk membangun generasi sehat dan berkualitas,” ucap Arifah.
Hal senada juga disampaikan Asisten Deputi Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Pemenuhan
Hak Anak Wilayah III, Rr. Endah Sri Rejeki, S.E, M.IDEA, Ph.D.
Ia mengatakan, lingkungan dan keluarga merupakan faktor yang penting pemenuhan hak gizi anak. Karena itu KemenPPPA selalu berupaya menyadarkan masyarakat untuk mengubah pola asuh menjadi lebih baik,” jelas Endah.
Sementara itu, Ketua Umum Fatayat NU, Hj. Margaret Aliyatul Maimunah menegaskan peran
organisasi masyarakat dalam memperkuat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi
anak, khususnya zat besi untuk mencegah ADB.
“Keberadaan ormas, seperti Fatayat ini mengisi ruang penguatan di masyarakat,” ungkapnya
Ibu dan Anak Berisiko Alami Anemia, Ikatan Bidan Indonesia Anjurkan Skrining |
![]() |
---|
Musik Dapat Tingkatkan Kecerdasan Anak, Ini Penjelasan Ilmiahnya |
![]() |
---|
Dokter Ingatkan Bahaya Kekurangan Zat Besi pada Anak, Bisa Berdampak Seumur Hidup |
![]() |
---|
Lemas Setelah Beristirahat? Bisa Jadi Bukan Sekadar Capek, Tapi Anemia |
![]() |
---|
Darah Rendah Tak Selalu Anemia, Ini Cara Membedakan dan Mengetahui Risiko yang Mengintai |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.