Flu Singapura Pada Orang Dewasa Bisa Picu Komplikasi Berat
Flu Singapura kerap muncul tanpa gejala pada orang dewasa. Ini bisa memicu komplikasi berat.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Flu Singapura atau yang secara medis dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) selama ini lebih banyak diasosiasikan sebagai penyakit anak-anak.
Namun ternyata, kelompok usia yang bisa terinfeksi virus ini jauh lebih luas.
Baca juga: Pakai Bedak Jadi Bumerang Bagi Penderita Flu Singapura, Ini Mitos yang Tak Kalah Mengkhawatirkan
Istilah Flu Singaura ini muncul karena penyakit ini pertama kali teridentifikasi di Singapura pada tahun 1970, dan sempat menjadi wabah besar di sana pada tahun 2000.
Dokter Spesialis Anak RSUP Surakarta, dr. Fatimah Mayasari, Sp.A menjelaskan bahwa meskipun mayoritas kasus menyerang anak usia di bawah lima tahun, tidak menutup kemungkinan anak usia sekolah dan bahkan orang dewasa juga bisa tertular.
Pada kelompok yang rentan, terjadinya infeksi dari HFMD ini memang dari bayi sampai dengan usia 5 tahun.
Baca juga: Flu Singapura Bukan Penyakit Flu yang Biasa Dikenal Masyarakat, Ini Penjelasannya
"Tetapi tidak menutup kemungkinan pada anak hingga usia 10 tahun bahkan pada dewasa dapat terinfeksi dengan virus ini,” papar dr. Fatimah dalam Healthy Talk “Jangan Anggap Sepele Flu Singapura pada Anak” yang tayang di YouTube Tribunnews dan Tribun Health pada Senin (4/8/2025).
Flu Singapura Pada Orang Dewasa Muncul Tanpa Gejala
Yang lebih mengkhawatirkan, pada orang dewasa, HFMD kerap muncul tanpa gejala (asimptomatik).
Namun kondisi ini bukan berarti tidak berbahaya, karena tetap dapat menularkan virus ke anak-anak atau kelompok rentan lainnya.
Dalam situasi seperti ini, orang dewasa menjadi carrier atau pembawa diam-diam virus penyebab penyakit.
“Pada dewasa itu dapat mungkin bergejala maupun asimptomatik atau tidak bergejala, tetapi dia dapat menularkan atau sebagai pembawa dari virus ini sehingga dapat menyebarkan virus ini kepada orang lain,” tegas dr. Fatimah.
Dibandingkan flu biasa, HFMD memiliki pola gejala yang khas.
Penyakit ini biasanya diawali dengan demam dan rasa tidak nyaman pada tubuh, seperti pegal atau nyeri otot.
Selama 1–2 hari setelah demam, akan muncul bintik-bintik kemerahan di area mulut (terutama langit-langit dan tenggorokan).
Kemudian, bisa pecah menjadi sariawan menyakitkan. Setelah itu, muncul ruam atau lenting di tangan dan kaki, serta bisa meluas ke bagian tubuh lain seperti pantat, lipatan paha, bahkan lengan dan tungkai.
Namun tidak semua ruam di kulit akan pecah. Ada yang tetap berbentuk bintik merah utuh (intak) dan ada juga yang melepuh. Tingkat keparahan gejala sangat bervariasi antar individu.
“HFMD biasanya memang bergejala ringan. Namun memang dapat juga menyebar ke area yang lainnya. Bahkan HFMD ini dapat terjadi komplikasi yang berat,” ungkap dr. Fatimah.
Komplikasi tersebut bukan hal sepele. Dalam kasus tertentu, HFMD dapat menyebabkan kejang, kelumpuhan, meningitis, radang otak (ensefalitis).
Bahkan kegagalan jantung dan paru. Karena itu, meskipun mayoritas kasus sembuh sendiri, kewaspadaan tetap sangat penting.
PHBS Jadi Kunci Pencegahan
Untuk mencegah penularan, dr. Fatimah menyarankan agar anak-anak yang sedang mengalami gejala tidak masuk sekolah hingga minimal hari ke-7 sejak gejala pertama muncul, guna mencegah penyebaran.
Selain itu, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diterapkan di rumah, sekolah, maupun tempat penitipan anak.

Salah satu langkah sederhana namun sangat penting adalah membiasakan cuci tangan pakai sabun, terutama setelah buang air, sebelum makan, dan setelah bermain.
Orang dewasa yang sedang batuk atau pilek juga disarankan untuk menutup mulut saat bersin dan segera mencuci tangan.
Anak-anak perlu diajari untuk tidak menyentuh wajah sebelum mencuci tangan, dan tidak berbagi alat makan dengan teman.
Meski HFMD banyak ditemukan pada anak-anak dan umumnya ringan, risiko penyebaran cepat dan kemungkinan komplikasi berat membuat penyakit ini perlu diwaspadai semua kalangan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.