Jumat, 22 Agustus 2025

Ketiak Basah Berlebih Saat Berolahraga dan Salah Kaprah Menjadikan Deodoran Solusinya

Banyak orang mengatasi kondisi ketiak basah berlebihan dengan menggunakan deodoran. Namun, cara itu kurang tepat.

Tribunnews.com/ Rina Ayu
KERINGAT BERLEBIHAN - Dokter Elizabeth Liza, M., Bio AAM saat ditemui di Mampang, Jakarta Selatan, Selasa (19/8/2025). Ia menjelaskan salah kaprah banyak orang mengatasi kondisi ketiak basah berlebihan dengan menggunakan deodoran. Menurutnya itu tidak tepat. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Senang nge-gym, padel, yoga atau pound fit mungkin keringat adalah sahabat sejati.

Tapi kalau keringat berlebih bisa membuat rasa tidak nyaman dan kadang malu untuk bersosialisasi.

Kondisi keringat berlebih ini bukan efek olahraga biasa. Bisa jadi mengalami hiperhidrosis.

Kondisi ini sering membuat seseorang yang mengalaminya tidak percaya diri menggunakan pakaian berwarna terang, karena noda keringat dapat tampak jelas dan dapat membuat pakaian cepat rusak, terutama yang berbahan sutera.

Keringat normal vs keringat tidak normal?

Keringat normal biasanya ditandai dengan tidak berbau, berwarna bening atau sedikit kekuningan, serta terasa sedikit asin karena mengandung garam.

Sementara keringat tidak normal, adalah produksi keringat berlebihan, bahkan ketika tidak sedang berada di cuaca panas atau setelah olahraga.

Baca juga: Banjir Keringat Walau Tak Lakukan Aktivitas Fisik, Bisa Jadi Mengalami Hiperhidrosis

Tandanya pakaian sering basah kuyup, atau kulit yang menjadi lembut karena terlalu lembab.

Keringat berlebih ini bisa disebabkan oleh faktor genetik maupun faktor medis tertentu misalnya seseorang yang mengidap diabetes, infeksi jantung hingga efek samping konsumsi suatu obat.

Solusinya?

Founder Beauty Sister Clinic Dr Elizabeth Liza, M., Bio AAM  mengatakan, banyak orang mengatasi kondisi ketiak basah berlebihan dengan menggunakan deodoran.

Sayangnya itu kurang tepat, karena bisa memicu iritasi hingga membuat warna ketiak menjadi lebih gelap.

“Deodorant itu fungsinya menghilangkan bau, bukan untuk menekan produksi keringat. Malah jadi iritasi dan ketiaknya menjadi lebih gelap,” kata dia saat ditemui di Mampang, Jakarta Selatan, Selasa (19/8/2025).

Menghadapi kondisi ini, banyak perempuan mencoba pilihan terapi, mulai dari botox hingga laser.

Dokter Liza mengatakan, botox bisa menjadi solusi untuk mengerem keringat berlebih.

Cara kerjanya dengan menyuntikan bahan tertentu untuk menghambat kelenjar keringat.

Namun tentu bukan tanpa risiko, biasanya ada rasa nyeri dan bengkak di area yang disuntikkan.

“Suntuk botox untuk keringat berlebih adalah solusi jangka pendek. Tapi balik lagi semua tergantung konsumen. Dan semua tindakan tentu harus dikonsultasikan ke dokter,” ujar dia.

Sementara untuk terapi laser, bisa menggunakan Morpheus8, yaitu treatment premium yang menggabungkan microneedling dan Radio Frequency Assisted Lipolysis (RFAL) yang sudah disetujui FDA atau BPOM AS.

Treatment ini akan mengecilkan keringatnya sehingga keringatnya akan jauh lebih berkurang,  bertahan jangka panjang serta minimal invasif.

“Selain untuk mengecilkan pori keringatnya. Treatment ini juga bisa menghancurkan lemak, meningkatkan produksi kolagen,  mengencangkan dan mencerahkan kulit,  mempertegas jawline dan mengurangi double chin,” kata dia.

Di tengah era kompetitif dan penuh tuntutan, ia mengajak setiap individu untuk berhenti membandingkan dan mulai menyadari bahwa kecantikan tidak perlu dilombakan.

Kecantikan sejati bukanlah tentang mengikuti standar tertentu, melainkan menciptakan harmoni yang indah dan alami sesuai kepribadian serta kebutuhan masing-masing.

“Mengekspresikan versi terbaik dari dirinya melalui pendekatan personal dan teknik perawatan yang disesuaikan dengan karakter unik setiap wajah antara lain Filler Contouring, Collagen Stimulator, DNA Salmon, Rejuran, Nucleofill, serta Bèa More by Morpheus8 dan Double Chin Suction,” tutur dia.(Rina Ayu)

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan