Stres Menumpuk Bisa Rusak Tubuh dan Pikiran, Waspadai Tandanya
Secara jangka pendek, stres biasanya memunculkan tanda-tanda fisik dan emosional yang mudah dikenali
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hidup modern membawa dinamika yang tak pernah berhenti.
Tuntutan pekerjaan, tekanan keluarga, hingga lingkungan sosial yang kompetitif sering kali membuat banyak orang memendam stres tanpa sadar.
Sayangnya, kebiasaan menahan stres tanpa menyalurkannya dengan sehat dapat berdampak serius—bukan hanya bagi mental, tetapi juga bagi fisik.
Menurut dr Hilda Marsela Sp.KJ, Spesialis Kedokteran Jiwa dari RS Dr. Soeharto Heerdjan, stres yang dibiarkan berlarut-larut bisa menimbulkan gangguan jangka pendek maupun jangka panjang.
“Kalau dibiarkan berlarut-larut, keluhan ini bisa menetap dan menjadi gangguan mental atau gangguan jiwa,” ujar Dr. Hilda kepada Tribunnews.com.
Secara jangka pendek, stres biasanya memunculkan tanda-tanda fisik dan emosional yang mudah dikenali.
Baca juga: Luna Maya Ungkap Kunci Awet Muda: Dari Pola Tidur hingga Manajemen Stres
Detak jantung meningkat, sulit konsentrasi, cemas, mudah tersinggung, hingga gangguan tidur adalah respon alami tubuh terhadap tekanan.
Walau tampak sepele, gejala ini dapat mengganggu produktivitas dan kualitas hidup sehari-hari.
Namun, jika tidak ditangani dengan baik, stres dapat berkembang menjadi gangguan mental kronis seperti depresi, gangguan cemas berat, bahkan gangguan psikosomatik.
“Gangguan jiwa atau gangguan mental ini bisa macam-macam, ya. Bisa yang sifatnya ringan dan sementara, bisa juga yang berat atau kronis,” jelas Dr. Hilda.
Selain itu, stres berkepanjangan juga berpotensi memicu penyakit fisik seperti hipertensi, lupus (SLE), psoriasis, hingga gangguan sistem imun.
Efeknya tak berhenti di tubuh, melainkan merembet ke hubungan sosial, performa kerja, dan kondisi finansial.
Lingkungan Toksik, Pemicu Stres yang Sering Diabaikan
Beban hidup bukan satu-satunya pemicu stres. Lingkungan yang toksik juga memainkan peran besar dalam memperburuk kondisi mental seseorang.
Dalam konteks psikologi, “toksik” bukan hanya tentang pribadi tertentu, melainkan tentang interaksi yang berdampak negatif terhadap kesehatan emosional dan psikologis.
“Pada prinsipnya toksik itu bukan tentang orangnya, tapi tentang apa dampaknya dari interaksi antara orang-orang yang ada di dalam itu terhadap kita,” kata Dr. Hilda.
Stres dan Cemas Berlebihan karena Demo Rusuh, Ini Cara Akses Layanan Konseling Gratis dari Kemenkes |
![]() |
---|
10 Bidang Pekerjaan yang Paling Rentan Terhadap Stres dan Depresi, Adakah Profesimu? |
![]() |
---|
Bukan Sekadar Beres-Beres, Decluttering Bisa Tingkatkan Kualitas Hidup |
![]() |
---|
Mongol Stres Dapat Teror Usai Keluar dari Sekte Sesat |
![]() |
---|
Mongol Stres Pernah Jadi Jenderal Kedua di Asia Sekte Sesat, Kini Keluar Usai Ingat Bahayanya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.