Balita Tewas karena Cacingan Akut
Sorotan Pakar Pada Kasus Anak Cacingan Akut hingga Meninggal di Sukabumi : Deteksi Dini Lemah
Kasus seorang anak bernama Raya di Sukabumi yang menderita cacingan parah hingga meninggal dunia viral di media sosial dan jadi sorotan publik.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Anita K Wardhani
Akibatnya, anak-anak dalam rumah tangga berisiko tinggi tidak mendapatkan perhatian maupun intervensi medis yang semestinya.
Perlu Integrasi Lintas Sektor
Dicky menekankan bahwa pencegahan kasus serupa tak bisa hanya dibebankan pada dinas kesehatan.
Dinas sosial, aparat desa, hingga masyarakat setempat harus ikut serta.

Ia menilai perlunya sistem deteksi dini terpadu yang bisa memberi “tanda kerentanan” bagi keluarga dengan risiko tinggi.
Seperti anak yang orang tuanya ODGJ, keluarga miskin, atau tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk.
“Puskesmas, dinas sosial, ketika tahu ada satu keluarga dengan gangguan kejiwaan, petugas ini, pemerintah daerahnya harus sempat menyadari bahwa ada anak, bahkan mungkin orang tuanya yang tidak bisa dirawat. Nah, ini yang harus memicu tanda kerawanan,” tegas Dicky.
Jalan Keluar: Respon Cepat dan Perbaikan Sistem
Dicky mengusulkan adanya tiga horizon solusi:
1. Respon cepat dalam 72 jam: melakukan penelusuran kasus di sekitar lingkungan anak, memberikan obat cacing, perbaikan gizi, dan tata laksana klinis segera.
2. Penataan layanan dalam 1 bulan: memastikan ada sistem deteksi keluarga berisiko tinggi, memperluas cakupan obat cacing termasuk ke anak yang tidak bersekolah.
3. Reformasi kebijakan jangka panjang: integrasi program kesehatan dengan layanan sosial, pendidikan, hingga sanitasi lingkungan.
Selain itu, intervensi lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) seperti stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum, serta pengelolaan sampah dan limbah perlu diperkuat di tingkat RT/RW.
Kasus Raya harus menjadi pembelajaran penting bagi pemerintah daerah dan masyarakat.
Menurut Dicky, pemberantasan cacingan harus menyasar lebih dari 90 persen anak Indonesia, termasuk mereka yang tidak bersekolah atau hidup terlantar.
“Jangan sampai ada anak yang terlewatkan, tertinggal dalam konteks program untuk anak, antara lain pemberantasan cacingan. Jangan sampai juga menghakimi, stigmatisasi, mendiskriminasi. Cacingan itu kan umum dalam konteks Indonesia, bisa diobati dan bisa dicegah,” tutupnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.