Jumat, 26 September 2025

Tidak Sama, Ketahui Beda Alergi Susu Sapi dan Intoleransi Laktosa pada Anak

Banyak orangtua sering kebingungan saat anak mengalami keluhan setelah mengonsumsi susu. Ini termasuk alergi atau intoleransi laktosa.?

parapuan.co
ilustrasi anak alergi susu sapi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Banyak orangtua sering kebingungan saat anak mengalami keluhan setelah mengonsumsi susu. 

Ada yang langsung menyebutnya alergi, ada pula yang mengatakan intoleransi laktosa. 

Baca juga: Modernisasi dan Makanan Kemasan Jadi Pemicu Meningkatnya Kasus Alergi Pada Anak

Padahal, keduanya adalah kondisi yang berbeda, dengan penyebab, gejala, dan penanganan yang tidak sama.

Kesalahpahaman ini bisa membuat orang tua salah mengambil keputusan, termasuk saat memilih jenis susu pengganti. 

Bila diagnosis tidak tepat, tumbuh kembang anak justru bisa terganggu akibat asupan nutrisi yang tidak memadai.

Menurut Bidang Ilmiah Unit Kerja Koordinasi (UKK) Alergi Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Endah Citraresmi, SpA Subsp.E.T.I.A (K), kata kunci utamanya ada pada komponen susu sapi. 

Baca juga: Tidak Semua Ruam Kulit pada Anak Disebabkan Alergi Makanan

“Alergi itu terhadap protein susu sapinya. Sementara karbohidrat susu yaitu laktosa itu harus dicerna oleh enzim laktase di usus yang pada sebagian orang itu enzimnya tidak ada atau rendah. Jadi, alergi susu sapi dengan intoleransi laktosa itu dua hal yang berbeda,” jelasnya pada seminar virtual, Senin (22/9/2025). 


Gejala Alergi Susu Sapi dan Intoleransi Laktosa

Alergi susu sapi terjadi karena sistem imun tubuh menganggap protein susu sebagai ancaman. 

Reaksi bisa muncul di berbagai organ, bukan hanya saluran cerna. 

Gejalanya beragam, mulai dari ruam kulit, sesak napas, hingga anafilaksis yang berbahaya.

Alergi susu sapi tidak boleh disepelekan karena dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak.
Alergi susu sapi tidak boleh disepelekan karena dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak. (Istimewa)

Sementara itu, intoleransi laktosa lebih terkait dengan sistem pencernaan. 

Tubuh kekurangan enzim laktase yang bertugas memecah laktosa, sehingga gejalanya terbatas pada saluran cerna. 

Anak biasanya mengalami kembung, perut bergas, mencret, atau sakit perut setelah minum susu.

Penting dicatat, intoleransi laktosa tidak menimbulkan gejala di kulit maupun reaksi alergi berat. Hal ini yang sering kali salah dipahami orangtua.


Kapan Memberikan Susu Bebas Laktosa?

Bila seorang anak sudah didiagnosis mengalami intoleransi laktosa, orang tua bisa segera mengganti dengan susu bebas laktosa. 

Bahkan produk ini tersedia sejak usia bayi. Namun, hal ini berbeda dengan alergi susu sapi

Pada kondisi alergi, susu bebas laktosa tetap tidak aman, karena masalah utamanya ada pada protein susu, bukan laktosanya.

“Susu bebas laktosa, kapan pun silakan mulai diberikan, karena itu ada yang sudah mulai untuk umur 0 bulan. Tapi tentu kita tegakkan diagnosis dulu, apakah ini intoleransi laktosa atau memang alergi susu sapi,” tegasnya. 

Bagi orang dewasa dengan intoleransi laktosa, kini tersedia juga suplemen tablet laktase yang dapat membantu tubuh mencerna laktosa. 

Namun, di Indonesia ketersediaannya masih terbatas.

Pertanyaan yang juga sering muncul adalah apakah alergi susu sapi bisa hilang saat anak semakin besar. 

Jawabannya, sebagian anak memang berpeluang bebas dari alergi setelah sistem imun dan saluran cerna mereka matang.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa alergi susu sapi bisa membaik seiring pertumbuhan, meski setiap anak berbeda-beda. 

Ada yang pulih di usia prasekolah, ada yang tetap membawa kondisi ini hingga remaja. 

Karena itu, pemantauan rutin dengan dokter anak subspesialis alergi sangat penting.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan