7 Fakta Unik Tradisi Sekaten di Jogja dan Solo, Ada sejak Zaman Belanda hingga Gamelan Bunyi 7 Hari
Fakta-fakta unik tradisi Sekaten di Jogja dan Solo, dari mulai asal-usul hingga pasar malam 'sekatenan' ditiadakan.
Penulis:
Rica Agustina
Editor:
Ifa Nabila
3. Tujuan Awal Sekaten untuk Siarkan Agama Islam
Sekaten merupakan salah satu upaya para Wali dalam menyiarkan agama Islam di Jawa Tengah.
Para Wali membunyikan Gamelan Sekati untuk menarik perhatian masyarakat yang pada zaman itu menyukai gamelan.
Saat masyarakat sudah berkumpul, para Wali akan berdakwah mengenai agama Islam.
4. Pasar Malam Bukan Bagian dari Sekaten
Tradisi Sekaten awalnya merupakan serangkaian kegiatan mengeluarkan gamelan dari dalam Keraton dan menabuh gamelan.
Namun pada zaman penjajahan Belanda, Belanda mengadakan paar malam untuk memecah perhatian masyarakat sehingga masyarakat tidak mengikuti perayaan Sekaten.
Kemudian pasar malam diadaptasi menjadi bagian dari Sekaten.
5. Gamelan Berbunyi 7 hari
Gamelan yang di keluarkan dari Kraton ke area Masjid Gedhe Kauman (Yogyakarta)/Masjid Agung Kraton (Surakarta) akan ditabuh selama tujuh hari berturut-turut, sejak pagi hingga tengah malam secara bergantian.
Gamelan akan berhenti ditabuh ketika memasuki waktu sholat.
6. Tradisi Nginang, Telur Asin, dan Pecut
Tradisi ini hanya ditemukan di Sekatenan Surakarta.
Tradisi nginang atau mengunyah kinang yang terdiri dari lima unsur, yaitu daun sirih, injet, gambir, tembakau dan bunga kantil.
Nginang dilakukan karena dipercaya agar mendapatkan rahmat dari Tuhan berupa panjang umur.