Lestari Moerdijat: Perlu Langkah Antisipatif Hadapi Dampak Konflik Global
Lestari Moerdijat menekankan pentingnya upaya antisipatif guna menghadapi kemungkinan dampak konflik global terhadap stabilitas perekonomian nasional.
Editor:
Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menekankan pentingnya upaya antisipatif guna menghadapi kemungkinan dampak konflik global terhadap stabilitas perekonomian nasional.
"Langkah antisipatif harus mampu dipersiapkan dengan baik dalam upaya mewujudkan perlindungan bagi setiap warga negara dari dampak ekonomi akibat konflik global yang terjadi," kata Lestari dalam sambutan tertulisnya saat membuka diskusi daring bertema Dampak Ekonomi Keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Israel dan Iran 2025 yang diselenggarakan Forum Diskusi Denpasar 12, pada Rabu (2/7/2024).
Diskusi yang dimoderatori Dr. Usman Kansong (Staf Khusus Wakil Ketua MPR RI) itu menghadirkan Sugeng Suparwoto (Wakil Ketua Komisi XII DPR RI), Thasya Pauline (Analis Kebijakan Ahli Madya, Kemenko Perekonomian RI), David Sumual (Kepala Ekonom BCA), dan Shanti R. Shamdasani (President S. ASEAN International Advocacy & Consultancy) sebagai narasumber.
Menurut Lestari, kenaikan harga minyak dan gas akibat konflik Israel-Iran mempengaruhi ekonomi global, termasuk Indonesia. Dalam kondisi ini, Rerie, sapaan akrab Lestari berpendapat, kebijakan fiskal dan jaminan pemenuhan kebutuhan energi setiap negara mesti diperkuat.
Rerie, yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah, mendorong sejumlah langkah untuk penguatan sektor ekonomi itu didasari atas dasar semangat negara untuk melindungi setiap anak bangsa.
Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu berharap, para pemangku kepentingan, para pakar, dan masyarakat dapat berkolaborasi dengan baik untuk melahirkan sejumlah solusi dalam mengatasi dampak ekonomi akibat konflik global yang terjadi.
Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto berpendapat, DPR saat ini sedang menyusun asumsi makro yang salah satu dasar perhitungannya adalah sektor energi. Sugeng menekankan pentingnya melakukan mitigasi secara cermat terhadap kondisi saat ini, mengingat Indonesia sepenuhnya masih bergantung pada impor minyak.
Bila harga minyak dunia melampaui harga minyak yang ditetapkan di APBN, Sugeng menilai, dampaknya akan ke mana-mana. Menurut Sugeng, patokan harga minyak mentah Indonesia di APBN saat ini ditetapkan US$82 per barel. Dampak konflik Israel-Iran menyebabkan harga minyak mencapai US$78 per barel.
"Bersyukur harga minyak dunia saat ini belum melampaui harga patokan di APBN kita," ujarnya.
Menurut Sugeng, berbagai upaya efisiensi dan pemanfaatan energi baru terbarukan harus segera dilakukan untuk meredam dampak gejolak harga BBM akibat konflik global.
Baca juga: Lestari Moerdijat: Segera Atasi Tantangan Struktural yang Dihadapi Perempuan di Sektor Ekonomi
Kepala Ekonom BCA, David Sumual mengungkapkan, sentimen negatif yang dominan saat ini antara lain perang dagang Amerika Serikat dan tensi geopolitik di sejumlah kawasan. Menurut David, ada sejumlah negara yang survive pada kondisi saat ini dan bisa menjadi contoh. Salah satunya adalah Malaysia.
"Investasi teknologi China di Malaysia saat ini cukup tinggi," ujarnya.
Sejatinya, ungkap David, ekonomi China sangat bergantung pada permintaan dari Amerika Serikat. Meski diakuinya, impor Amerika Serikat hanya 13 persen dari impor dunia.
Dalam menyikapi dampak konflik global, David menyarankan, pemerintah dapat mendorong program hilirasi diperkuat dan menyinergikan sejumlah program pemerintah. Seperti program 3 juta rumah, tambah David, harus diikuti dengan perbaikan ekosistem industri properti di tanah air.
Analis Kebijakan Ahli Madya, Kemenko Perekonomian RI, Thasya Pauline berpendapat, dalam lima tahun terakhir, pasca pandemi, dampak global mempengaruhi ekonomi nasional. Tensi geopolitik saat ini dan negosiasi dagang Amerika Serikat, jelas Thasya, mengancam perekonomian global.
Menurut Thasya, dampak konflik Israel-Iran jauh lebih kecil daripada dampak yang dipicu konflik Rusia-Ukrania. Mengingat, tambah dia, Rusia dan Ukrania menyumbang 2,54 persen nilai ekspor dunia per tahun. Sementara Iran dan Israel hanya menyumbang 0,03 persen ekspor dunia.
Meski begitu, Thasya menegaskan bahwa Indonesia harus tetap mewaspadai perkembangan konflik Israel-Iran dan melakukan mitigasi yang tepat untuk mengantisipasi dampaknya. Menurut Thasya, pemanfaatan energi bersih dengan meningkatkan energi baru terbarukan dalam bauran energi yang dimanfaatkan masyarakat, harus segera direalisasikan.
President S. ASEAN International Advocacy & Consultancy, Shanti R. Shamdasani berpendapat, sejumlah kebijakan politik dan ekonomi yang diambil Donald Trump itu merupakan pesan yang dikirim untuk China. Namun, tambah Shanti, sejumlah kebijakan itu berdampak pada negara lain di dunia sehingga menimbulkan collateral damage.
Menurut Shanti, Amerika Serikat saat ini memiliki cadangan minyak dan gas yang sangat besar. Bila terjadi gejolak perdagangan global, tambah Shanti, Amerika Serikat bisa mengambil alih perdagangan minyak dunia dengan cadangan yang mereka miliki.
Bila terjadi penutupan Selat Hormuz, jelas dia, yang terkena dampak besar adalah China, karena Negeri Tirai Bambu itu tidak memiliki cadangan minyak yang cukup. Untuk mengantisipasi konflik yang berkepanjangan, Shanti menyarankan, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk pengembangan basis ekonomi nasional yang lebih baik.
"Kita harus mampu me-manage semua potensi yang kita miliki untuk memperkuat kemandirian demi mengantisipasi dampak terburuk," ujar Shanti.
Wartawan senior Saur Hutabarat menyatakan apresiasinya atas kesiapan pemerintah dalam menghadapi kemungkinan berkepanjangannya konflik antara Israel dan Iran. Ia menambahkan, ternyata perang tersebut hanya berlangsung selama 12 hari, dan ia bersyukur karena konflik itu berakhir dalam waktu yang relatif singkat.
"Begitu pendek waktu perang itu sehingga bisa dinilai levelnya sedikit di atas perang-perangan," ujarnya.
Saur menyampaikan bahwa perang tersebut berakhir setelah Trump melakukan komunikasi melalui telepon dengan para pemimpin Israel dan Iran. Hal ini menunjukkan, menurutnya, bahwa durasi perang—apakah berlangsung lama atau singkat—sangat bergantung pada keputusan dan cara berpikir Trump. (*)
Baca juga: Lestari Moerdijat Dorong Langkah Nyata dalam Pembangunan SDM Berkualitas
Tekan Angka Pengangguran, Waka MPR Dorong Kualitas Sekolah Vokasi Segera Ditingkatkan |
![]() |
---|
Lestari Moerdijat: Dukung Penguatan Sistem Perlindungan Perempuan dan Anak di Tanah Air |
![]() |
---|
Nasim Khan Tegaskan Pentingnya Program Koperasi Merah Putih Berjalan Nyata |
![]() |
---|
Lestari Moerdijat Dorong Kolaborasi Pendidikan Tinggi dan Dunia Usaha |
![]() |
---|
Bonus Demografi di Ambang Krisis, Waka MPR Dorong Link & Match Pendidikan dan Industri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.