Tahun Baru Imlek 2563
Imlek Tak Lengkap Tanpa Dodol Cina
SELAIN maraknya lilin-lilin berwarna merah stak ketinggalan dodol Cina atau dodol keranjang menyemarakkan Imlek.
TRIBUNNEWS.COM - SELAIN maraknya lilin-lilin berwarna merah serta pernak-pernik lain yang dipasarkan di berbagai mal, tak ketinggalan dodol Cina atau dodol keranjang banyak diminati untuk menyambut datangnya tahun baru Cina 2563. Tengok saja di mal atau di beberapa pasar tradisional, kue khas Imlek yang berwarna merah gula atau cokelat muda itu mulai tersusun rapi di rak atau keranjang.
Bagi warga Tionghoa, memang sudah menjadi tradisi menyediakan dodol keranjang, untuk disantap bersama keluarga sebelum makan nasi pada malam perayaan tahun baru Imlek. Bahkan kue yang dalam dialek Hokkian disebut tii kwee atau kue manis itu menurut tradisinya sarat makna filosofis. Mulai dari bentuk bulat dodol yang jadi perlambang keutuhan keluarga, hingga karakternya yang lengket yang merupakan simbol kelekatan antaranggota keluarga. Rasa manis pun menjadi simbol harapan agar kehidupan mereka selalu terasa manis.
Biasanya dodol keranjang sudah disiapkan di rumah-rumah sejak enam hari sampai malam menjelang Imlek. Dodol yang digunakan untuk sesaji biasanya tidak dimakan sampai perayaan Cap Go Meh, yakni rangkaian penutup perayaan tahun baru Imlek yang jatuh pada hari ke-15 setelah Imlek. Dodol keranjang juga menjadi simbol kemakmuran dengan cara ditata bertumpuk ke atas dengan dodol berdiameter paling besar berada di paling bawah.
"Kalau soal dodol keranjang ini memang ada yang sampai disimpan selama setahun karena konon dipercaya dengan menyimpannya bisa mendatangkan kesejahteraan dan kemakmuran yang terus-menerus. Tapi sepertinya sudah jarang sekarang mah yang begitu," ujar Jessica Lorraine, istri Benny Ruslianto, pemilik usaha Dodol Keranjang "Tek Kie", saat ditemui Tribun di tempat usahanya, Jalan Pajagalan, Kota Bandung.
Di tempat usahanya yang sudah hampir 30-an tahun berjalan, kata Jessica, tersedia tiga ukuran dodol keranjang. Ukuran yang paling kecil berdiameter sekitar 10 cm, yang sedang berukuran 12 cm, dan yang paling besar 16 cm. Namun yang marak dipasarkan di mal-mal adalah ukuran 12 cm dengan harga antara Rp 15 ribu sampai 16 ribu. Dodol berukuran yang paling kecil dan besar hanya dijual langsung kepada konsumen yang datang ke tempat usahanya dengan harga jual yang kecil Rp 10 ribuan dan yang paling besar Rp 30 ribuan.
Kesibukannya melayani pembeli dan menyiapkan produksi tampak masih terlihat. Di bagian belakang rumahnya, beberapa pekerjanya, bersama Benny sang pemilik, yang ikut terjun langsung dalam proses pembuatan adonan, tampak tak bisa diganggu. Di bagian depan, ratusan dodol keranjang sudah disusun dalam kardus siap dikirim kepada pemesan. Bahkan setiap hari, Jessica harus sibuk melayani pembeli yang langsung datang dan menerima pesanan melalui telepon.
"Pemesanan sudah ada sejak awal tahun ini. Dan sekarang ini sudah banyak yang minta dikirim," tutur Jessica seraya sibuk menerima telepon pemesanan.
Proses pembuatan dodol keranjang (karena pembuatannya dilakukan dengan cara dicetak menggunakan keranjang bambu), kata Jessica, membutuhan waktu sekitar 20 jam. Proses itu lebih cepat dibanding dengan proses tradisional yang membutuhkan berhari-hari. Mulai dari membuat adonan tepung beras lalu mencampurnya dengan sirup gula pasir, mencetak, mengukus, membungkus dengan plastik, hingga mengepaknya.
"Dalam sehari, produksi menjelang Imlek sekarang ini bisa mencapai 1,5 ton. Ya, lumayan, sekarang banyak konsumen baru sehingga dibanding tahun lalu ada kenaikan sekitar 20 persen," kata Jessica.
Suasana pada Jumat (13/1) siang menjelang sore, tampak para pembeli dodol keranjang yang kebanyakan dari kalangan etnis Tionghoa datang bergantian. Kendaraan yang digunakan pembeli yang datang sangat beragam. Ada yang menggunakan sepeda motor dan ada pula yang memakai mobil. Pengiriman bahan baku seperti tepung juga masih terus berlangsung.
"Kami memang terus memproduksi hingga hari H tahun baru Imlek karena biasanya pembelian dodol keranjang ini ramai hingga Cap Go Meh," kata Jessica.