Sabtu, 1 November 2025

Bakul Tengkleng Dikepung dari Berbagai Arah

Di tengah keriuhan pasar grosir batik itu, Ediyem (62) sibuk melayani para penggemar tengkleng yang menyerbu warungnya.

Editor: Sugiyarto
zoom-inlihat foto Bakul Tengkleng Dikepung dari Berbagai Arah
net
Lapak Bu Ediyem

Pak Manto mulai berjualan tengkleng dan sate sejak 1990-an. Awalnya dia ikut orang. Setelah memiliki modal, Pak Manto membuka warung tengkleng sendiri. Warung pertamanya berlokasi di Keprabon, lalu berpindah lokasi tiga kali hingga akhirnya berlabuh di Jalan Honggowongso dari tahun 2000 hingga sekarang. Meski sering berpindah, pelanggan setia, termasuk dari luar Solo, tetap mengikutinya.

Seperti Pak Manto, Ediyem adalah pemain lama dalam bisnis pertengklengan. Dia mulai berjualan tengkleng di kawasan Pasar Klewer tahun 1971. Awalnya, Ediyem berdagang secara berkeliling menyambangi pelanggan yang berserak di lorong-lorong pasar. Tahun 1990-an, dia mulai mangkal di depan gerbang Pasar Klewer hingga sekarang.

Pelanggan Warung Tengkleng Ibu Edi kebanyakan pengunjung Pasar Klewer yang sebagian datang dari sejumlah daerah. Salah seorang di antaranya adalah Sri Soho (60), perias pengantin asal Blitar, Jawa Tengah. Setiap bulan dia berbelanja keperluan pengantin di Pasar Klewer. Seusai berbelanja dia pasti menyempatkan diri mampir mencicipi tengkleng Ediyem. ”Saya berlangganan sejak tahun 1990-an,” ujar Soho.

Sarmin asal Purwodadi juga selalu menyempatkan diri mampir ke Warung Tengkleng Ibu Edi setiap bertugas ke Solo. Sambil menyeruput kuah tengkleng, dia mengatakan, ”Besok kalau ke Solo, ya, saya mampir lagi ke sini.”

Di warung Ibu Edi, pelanggan menyeruput kuah tengkleng sampai tandas. Di Warung Tengkleng Pak Manto, pelanggan mencecap setiap jengkal kelezatan tengkleng hingga sumsum tulangnya.

Sumber: KOMPAS
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved