Relationship
Dulu Hangat, Setelah Menikah Berubah Total. Ini Sebabnya
Dulu, suami hangat ketika pas pacaran. Begitu menikah, suami berubah total. Mengapa? Cari tahu jawabannya.
Penulis:
Agung Budi Santoso

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Banyak istri mengeluh. Ketika masih pacaran, perilaku dia hangat dan romantis. Tapi begitu diuji oleh berbagai masalah di masa pernikahan, suami cepat berubah.
Siapkah Anda untuk mengalah demi keutuhan perkawinan? Tentu semua tergantung dari permasalahan yang terjadi dan seberapa besar masalahnya bisa ditoleransi.
Contoh kasus. Sebelum menikah, Anda berdua sepakat tinggal di tempat tinggal sendiri. Tanpa diduga, ayah suami Anda tiba-tiba meninggal dunia. Sebagai anak, suami tak mungkin membiarkan ibunya gamang dan tinggal sendiri. Alhasil, ia memboyong Anda ke rumah orangtuanya.
"Ini kejadian yang enggak diperkirakan. Tapi, mesti dibicarakan apakah Anda berdua akan tinggal selamanya di rumah ibu Si Suami atau sampai ibunya stabil kembali?" ujar psikolog keluarga dan anak, Anna Surti Ariani, Psi .
Perubahan memang mungkin terjadi di tengah jalan, termasuk soal harapan. Di saat seperti ini pula, cara berkomunikasi pasangan diuji. Pria harus paham bahwa perempuan lebih mengutamakan perasaan dan menghargai proses.
"Ia ingin didengarkan," jelas psikolog yang aktif "berkicau" di Twitter ini. Sementara pria lebih mementingkan hasil dan cenderung memberikan solusi. "Padahal sebenarnya Si Perempuan hanya ingin didengarkan," ujarnya.
Maka, ketika Anda menanyakan kepastian akan perubahan kesepakatan, jangan memaksakan pendapat sehingga pasangan melakukan sesuatu yang sebenarnya tak ia sukai.
Sadar & Sabar
Menurut Nina, siap menikah berarti siap juga menerima segala macam perubahan. "Makanya, lakukan pacaran yang ideal. Bukan hanya peluk-pelukan," ujarnya setengah bercanda. Saat masih berpacaran, seharusnya, Anda berdua mencari tahu kepribadian masing-masing, "Apakah Anda berdua akan cocok satu sama lain seumur hidup?" tambahnya.
Perbedaan harapan sebenarnya sangat wajar meski kesepakatan sudah dibuat. "Pernikahan yang paling bahagia pasti memiliki perbedaan harapan juga," ujar Nina. Yang membedakan adalah, maukah Anda berdua bertoleransi dan berkorban? Dan, apakah Anda berdua mampu melakukan kesepakatan yang sudah diperbaharui?
Anda berdua juga harus siap menerima konsekuensi jika harus mengalah. "Kadang-kadang kita harus mengikuti pasangan atau malah dua-duanya enggak terpenuhi keinginannya," jelas Nina. Terakhir, dan yang paling penting, jalani pengorbanan dengan sadar dan sabar. "Dengan cara ini, Anda berdua bisa bahagia, kok!" tegas Nina.
Jika disimpulkan, maka idealnya setiap pasangan memiliki komunikasi yang sehat sehingga bisa toleransi di antara keduanya bisa tercapai. "Ketika harapan tak terpenuhi, percayalah, pasti ada makna atau ada sesuatu di balik semua itu," ujar Nina.
Pihak Ketiga
Ketika Anda berdua tidak bisa menemukan solusi, mintalah bantuan dari orang yang dekat dengan suami atau istri. Misalnya meminta anggota keluarga besar suami untuk berbicara dengannya," urai Nina. Namun, pastikan Anda sudah memberikan pengertian terlebih dulu. Contohnya, "Saya enggak pengen Mama beranggapan negatif terhadap suami saya. Saya cuma ingin tahu cara memperbaikinya," ujar Nina mencontohkan.
Atau, jika Anda sungkan, bertanyalah kepada mereka yang sudah lama menikah dan atau orang yang Anda percayai. "Tidak harus ke orangtua atau mertua, carilah orang yang membuat Anda nyaman bercerita," tambah Nina. Nah, curhat semacam ini tidak bisa dilakukan hanya sekali. "Jangan dilihat satu kali peristiwa. Pertama kali bercerita, mungkin mereka akan shock , tapi di kali kedua, setelah mereka mencerna, mereka akan memberikan saran yang lebih objektif sekaligus saran terbaik," papar Nina.