Selasa, 9 September 2025

Bacaan Doa

Doa setelah Adzan Subuh, Apa Bedanya dengan Adzan Sholat Fardhu Lainnya?

Doa setelah adzan Subuh sedikit berbeda dengan doa setelah adzan sholat fardhu lainnya, menurut mahzab Syafi'i dalam kitab Fathul Mu'in.

|
Editor: Nuryanti
Canva/Tribunnews
DOA SETELAH ADZAN - Gambar dibuat di Canva, Minggu (7/9/2025). Doa setelah adzan Subuh sedikit berbeda dengan doa setelah adzan sholat fardhu lainnya, menurut mahzab Syafi'i dalam kitab Fathul Mu'in. 

TRIBUNNEWS.COM - Doa setelah adzan Subuh hanya dibaca satu kali dalam sehari.

Pada dasarnya, doa tersebut sama dengan doa setelah adzan, namun ditambah dengan doa khusus Subuh.

Doa tersebut dapat dibaca oleh muadzin (orang yang mengumandangkan adzan) dan setiap muslim yang mendengar adzan Subuh.

Seorang muadzin dianjurkan untuk mengeraskan suara adzannya agar didengar oleh jin dan manusia, yang nantinya akan menjadi saksi ibadahnya di hari kiamat.

“Bahwa Abu Sa’id Al-Khudri berkata kepadanya: “Aku melihatmu menyukai kambing dan lembah, maka ketika engkau sedang bersama kambing atau sedang berada di lembah, kemudian engkau mengumandangkan adzan untuk shalat, maka tinggikan atau keraskan suaramu dengan panggilan tersebut, karena sesungguhnya tidak ada yang mendengar suara muadzin, baik jin, manusia atau apapun dia, kecuali kelak akan menjadi saksi pada hari kiamat.” (HR. Bukhari)

Kemudian, orang yang mendengar adzan dianjurkan untuk berdoa karena itu adalah waktu yang mustajab untuk berdoa.

Rasulullah bersabda: "Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya. Kemudian berdoalah kepada Allah, niscaya doa itu akan dikabulkan." (HR. Muslim no. 385)

Ada pun doa setelah adzan diambil dari sabda Rasulullah yang diriwayatkan dalam hadis Bukhari dan Muslim.

Dari kitab Fathul Mu'in dalam fiqh Syafi'iyyah, disebutkan bacaan doa setelah adzan Subuh.

Doa Setelah Adzan Subuh

اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ
آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ
وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ

Allāhumma rabba hādzihid-da‘watit-tāmmati waṣ-ṣalātil-qā’imah, āti Muḥammadanil-wasīlata wal-faḍīlah, wab‘at-hu maqāman maḥmūdan allażī wa‘adtah.

Artinya: “Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini dan shalat yang didirikan, limpahkanlah kepada Nabi Muhammad wasilah (kedudukan mulia) dan keutamaan, serta bangkitkanlah beliau di tempat terpuji yang telah Engkau janjikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca juga: Doa Qunut Subuh dan Qunut Nazilah, Penolak Bala dan Penguat Hati

Lalu, ditambah dengan bacaan doa khusus Subuh:

اللَّهُمَّ هَذَا إِقْبَالُ نَهَارِكَ وَإِدْبَارُ لَيْلِكَ وَأَصْوَاتُ دُعَائِكَ فَاغْفِرْ لِي

Allāhumma hādzā iqbālu nahārika, wa idbāru lailika, wa aṣwātu du‘ā’ika, faghfir lī.

Artinya: “Ya Allah, inilah datangnya siang-Mu, dan berlalunya malam-Mu, serta terdengarnya suara doa-doa kepada-Mu, maka ampunilah aku.”

Adab Adzan

Seorang muadzin atau orang yang mengumandangkan adzan sebaiknya mengetahui adab-adab sebelum mengumandangkan adzan.

Dalam Jurnal Abdi Psikonomi Volume 3, Nomor 1, Juni 2022 berjudul Pelatihan Muadzin Guna Mengurangi Kesalahan Dalam Mengumandangkan Adzan di Masjid Muttaqin Joyosuran Surakarta oleh Mahasri Shobahiya dkk dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), disebutkan sejumlah adab bagi muadzin ketika mengumandangkan adzan.

1. Hanya mengharap ridha Allah

Seorang muadzin lebih utama mengumandangkan adzan semata-mata untuk mengharap ridha dari Allah.

2. Suci dari hadats

Sebelum mengumandangkan adzan, seorang muadzin sebaiknya suci dari hadats kecil mau pun besar.

Meski hal itu bukan syarat, Rasulullah menganjurkan seorang muadzin untuk bersuci terlebih dahulu.

“Bahwa Nabi saw. bersabda: “Tidak boleh adzan seorang yang tidak berwudhu.” (HR. Tirmidzi)

3. Berdiri dan menghadap kiblat

Seorang muadzin sebaiknya berdiri dan menghadap kiblat ketika mengumandangkan adzan.

Ulama Ibnu Mundzir mengatakan para ulama sepakat mengenai posisi tersebut karena muadzin Rasulullah selalu menghadap kiblat.

“Abdullah bin Zaid mendatangi Rasulullah saw., kemudian berkata: “Hai Rasulullah, aku bermimpi melihat sesuatu yang dilihat orang yang tidur. Andai aku berkata, aku tidak tidur sungguh aku benar, sesungguhnya saat aku berada dalam kondisi antara tidur dan terjaga, aku melihat ada seseorang yang mengenakan dua baju hijau, dia menghadap kiblat, kemudian berkata: “Allaahu akbar, Allaahu akbar, asyhadu an-laa ilaaha illallaah, asyhadu an-laa ilaaha illallaah, dua kali dua kali hingga usai adzan." (HR. Imam Ahmad)

4. Memasukkan kedua jari ke kedua telinga

Seorang muadzin diperbolehkan untuk menutup kedua telinga dengan jari-jarinya agar lebih fokus mengumandangkan adzan.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Juhaifa, disebutkan bahwa Bilal juga melakukan hal tersebut.

“Dari ‘Aun bin Abu Juhaifah, dari Ayahnya, dia berkata: “Aku melihat Bilal mengumandangkan adzan sambil berputar mengikuti mulutnya ke sini dan ke sini, sementara jari-jemarinya berada di telinganya.” (HR. Imam Tirmidzi)

5. Berdoa setelah adzan

Muadzin dianjurkan untuk membaca doa setelah adzan setelah mengumandangkan adzan.

“Dari Jabir bin ‘Abdullah, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang berdo’a setelah mendengar adzan: Allaahumma Rabba haadzihid da’watit taammah wash shalaatil qaa’imah. Aati Muhammadanil wasiilata wal fadliilah wab’atshu maqaaman mahmuudanilladzii wa’adtah (Ya Allah, Rabb Pemilik seruan yang sempurna dan shalat yang akan didirikan ini, berikanlah wasiilah (perantara) dan keutamaan kepada Muhammad, dan bangkitkanlah dia pada maqaam (kedudukan) yang terpuji sebagaimana yang telah Engkau janjikan), maka kelak dia berhak memperoleh syafa’atku pada hari kiamat.” (HR. Imam Bukhari).

Lafadz Adzan dan Adzan Subuh

(2×) اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ

Allāhu akbar, Allāhu akbar (2×)

Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar

(2×) أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ

Asyh-hadu allā ilāha illallāh (2×)

Artinya: Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah

(2×) أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ

Asyh-hadu anna Muḥammadan rasūlullāh (2×)

Artinya: Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah

(2×) حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ

Ḥayya ‘alaṣ-ṣalāh (2×)

Artinya: Marilah shalat

(2×) حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ

Ḥayya ‘alal-falāḥ (2×)

Artinya: Marilah menuju kemenangan

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ

Allāhu akbar, Allāhu akbar

Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar

لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ

Lā ilāha illallāh

Artinya: Tiada Tuhan selain Allah

Pada adzan Subuh, setelah kalimat Ḥayya ‘alal-falāḥ, ada tambahan kalimat:

(2×) الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ 

Ash-shalātu khairun minan-naum (2×)

Artinya: “Shalat itu lebih baik daripada tidur.”

Lafadz adzan disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Abu Daud, yang mana ada sedikit perbedaan untuk lafadz adzan Subuh.

“Telah menceritakan kepadaku Ayahku, Abdullah bin Zaid, dia berkata; Sewaktu Rasulullah saw. hendak memerintahkan supaya memakai lonceng yang dipukul untuk mengumpulkan orang-orang yang akan mengerjakan shalat, ada seorang laki-laki berkeliling bertemu denganku, sedang aku dalam keadaan tidur. Dia membawa lonceng di tangannya, kemudia aku berkata: “Wahai hamba Allah, apakah kamu mau menjual lonceng ini?” Dia bertanya: “Apa yang akan kamu lakukan dengannya?” Aku menjawab: “Aku akan gunakan untuk memanggil orang-orang yang akan mengerjakan shalat.” Kata orang itu: “Maukah aku tunjukan kepadamu yang lebih baik dari itu?” Aku katakan kepadanya: “Ya, tentu”. Kemudian orang itu berkata: 

“Engkau ucapkan: “Allaahu Akbar Allaahu Akbar 2 x (Allah Maha Besar Allah Maha Besar 2 x); Asyhadu anlaa ilaaha illallaah 2 x (aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah 2 x); Asyhadu anna Muhammadar-rasuulullaah 2 x (aku bersaksi bahwasannya Muhammad adalah utusan Allah 2 x ); Hayya ‘alash-shalaah 2 x (Marilah shalat 2 x); Hayya ‘alalfalaah 2 x (Marilah meraih kemenangan 2 x); Allaahu Akbar Allaahu Akbar (Allah Maha Besar Allah Maha Besar); Laa ilaaha illallaah (Tiada tuhan selain Allah). Abdullah berkata: “Kemudian orang itu mundur tidak jauh dariku, lalu berkata: “Apabila kamu membaca iqamah shalat, ucapkanlah: Allaahu Akbar Allaahu Akbar; Asyhadu an-laa ilaaha illallaah; Asyhadu anna Muhammadarrasuulullaah; Hayya ‘alash-shalaah; Hayya ‘alal-falaah; Qad qaamatish- shalaah Qad qaamatish-shalaah (Sungguh shalat telah mulai didirikan; Sungguh shalat telah mulai didirikan); Allaaahu Akbar Allaahu Akbar; Laa ilaaha illallaah. 

Kemudian keesokan harinya, aku pergi menemui Rasulullah saw. dan memberitahukan kejadian mimpiku itu, kemudian Beliau bersabda: “Sesungguhnya mimpimu itu adalah mimpi yang benar Insyaa Allaah, karena itu berdirilah bersama Bilal dan ajarkan kepadanya mimpimu itu, dan hendaklah dia yang adzan, karena suaranya lebih lantang dari suaramu.” Kemudian aku pun berdiri bersama Bilal, lalu aku ajarkan kepadanya bacaanbacaan itu, sementara dia menyerukan adzan itu. Dia berkata: “Kemudian Umar bin Khaththab mendengar seruan adzan itu ketika dia sedang berada di rumahnya, lalu dia keluar sambil menarik pakaiannya dan berkata: Demi Dzat yang mengutusmu dengan al-Haq, wahai Rasulullah, sungguh aku telah bermimpi seperti mimpi Abdullah itu. Kemudian Rasulullah bersabda: “Maka segala puji hanya bagi Allah.” (HR. Imam Abu Daud).

Untuk lafadz adzan Subuh, terdapat sedikit perbedaan yaitu menambahkan Ashshalaatu khayrun minan-naum (shalat itu lebih baik daripada tidur) setelah kalimat Ḥayya ‘alal-falāḥ.

“Dari Abu Mahdzurah dari Ayahnya, dia berkata: “Aku berkata: “Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku lafazh adzan”; Kemudian Beliau bersabda: “Jika adzan pada saat shalat shubuh, engkau harus mengucapkan: “Ashshalaatu khayrun minan-naum (shalat itu lebih baik daripada tidur), Ash-shalaatu khayrun minan-naum (shalat itu lebih baik daripada tidur), Allaahu Akbar Allaahu Akbar, Laa ilaaha illallaahi.” (HR. Imam Ibnu Hibban)

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan