Dari Lemari ke Panggung Runway: Perjalanan Denim Lama Menjadi Karya Berkelanjutan
Novita Dewi, pendiri label ENDE, bersama putrinya, Bianca Victoria, menghadirkan inisiatif mengolah kembali kain denim lama menjadi karya baru
Willem Jonata/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM - Di tengah derasnya arus industri mode cepat, sepasang ibu dan anak asal Jakarta menginisiasi gerakan yang mengingatkan bahwa fesyen bukan hanya soal tampilan, tetapi cara merawat warisan, lingkungan, dan kenangan.
Novita Dewi, pendiri label ENDE, bersama putrinya, Bianca Victoria, menghadirkan inisiatif mengolah kembali kain denim lama menjadi karya baru yang sarat nilai.
Melalui program donasi denim dari masyarakat, ENDE mengumpulkan celana, jaket, hingga potongan kain denim yang sudah tidak terpakai.
Baca juga: Kemewahan Denza D9 Berpadu dengan Keindahan Fesyen Jakarta Fashion Week 2026
Bahan-bahan ini kemudian diproses ulang, dipadukan dengan kulit asli, dan dikerjakan para perajin dan desainer muda di Jakarta.
Denim yang semula tersimpan lama di lemari, kembali “hidup” sebagai karya baru yang memiliki karakter unik dan cerita tersendiri.
Inisiatif ini menjadi dasar koleksi “Biru Jadi Baru”, yang menekankan bahwa keberlanjutan bukan hanya penggunaan bahan ramah lingkungan, tetapi juga tentang memberi kesempatan kedua pada material yang pernah punya nilai emosional bagi pemiliknya. “Yang lama tidak selalu harus dibuang.
Yang baru tidak seharusnya melupakan asalnya,” ujar Novita Dewi.
Teknik laser cut diterapkan dalam proses kreatif, menciptakan tekstur dan pola yang otentik di setiap detailnya.
Setiap potongan kain memuat perjalanan waktu—kisah tentang hubungan manusia dengan alam dan praktik menghargai kembali apa yang telah ada.
Bagi Bianca Victoria, co-founder ENDE sekaligus Wakil I None Jakarta 2023, inspirasi koleksi ini juga berakar dari budaya Betawi. Elemen arsitektur seperti motif gigi balang dan bentuk atap rumah Betawi diterjemahkan ke dalam siluet dan permainan layer yang modern.
“Kami ingin menghadirkan budaya Jakarta dengan cara yang relevan bagi generasi kami—elegan, namun tetap punya akar,” tuturnya.
Kolaborasi Bianca dan sang ibu menjadi simbol sinergi lintas generasi: pengalaman berpadu dengan semangat eksplorasi. Koleksi “Biru Jadi Baru” tampil di gelaran Jakarta Fashion Week 2026, didukung Metaflora dan Thaja, dua jenama lokal yang sama-sama menempatkan keberlanjutan sebagai inti desain.
Mereka percaya, mode dapat menjadi medium untuk merawat bumi dan budaya—bukan hanya mempercantik penampilan.
| Indonesia, Negara dengan Tingkat Ketertarikan Tertinggi Terhadap Budaya Korsel, Musik hingga Fesyen |
|
|---|
| Batik Khas Kutai Timur 'Majestic Wakaroros' Ramaikan Panggung Indonesia Fashion Week 2025 |
|
|---|
| Semakin Bertambah Usia, Dimas Danang Lebih Nyaman Model Sepatu yang Tinggal Masuk |
|
|---|
| Tampil Memukau di Catwalk, Istri Mensos dan Wamensos Kompak Berkebaya Nusantara |
|
|---|
| Menjaga Bumi Melalui Karya, UMKM Dara Baro Buktikan Limbah Sisa Kain Mampu Mendunia |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.