Rabu, 20 Agustus 2025

Pilpres 2024

Survei SMRC: Suara Warga NU Lebih Dominan ke Ganjar Daripada Pilih Prabowo, atau Anies Baswedan

Survei SMRC pada Desember 2022 menunjukkan suara warga Nahdlatul Ulama (NU) baik yang aktif atau tidak lebih dominan ke Ganjar Pranowo.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Wahyu Aji
Tangkapan Layar: Kanal Youtube SMRC TV
Pendiri SMRC Saiful Mujani dalam acara ‘Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ bertajuk "Calon Presiden Pilihan Warga Nahdlatul Ulama" di kanal YouTube SMRC TV pada Kamis (23/2/2023). 

Ketika itu, lanjut dia, Partai Masyumi dibubarkan oleh Bung Karno, tapi Partai NU tidak bahkan menjadi semacam partnernya.

Baca juga: SMRC Catat PDIP Langsung Tersingkir di Putaran Pertama Pilpres jika Putuskan Tak Berkoalisi

Sejumlah tokoh NU, kata Saiful, bahkan pernah punya gagasan untuk menjadikan Bung Karno sebagai presiden seumur hidup. 

"Ada sentimen itu, kedekatan kultural. Saya tidak tahu persis apakah itu ada hubungannya dengan tokoh-tokoh NU ini sentralnya di Jawa, dan PNI di Jawa, Masyumi kurang Jawa, dan Muhammadiyah walaupun lahirnya di Yogyakarta, tapi banyak Islam di luar Jawa itu tidak berafiliasi politi dengan yang berhubungan dengan NU. Tapi dengan Masyumi, kemudian ada partai yang lain PPP misalnya, ada PAN," kata Saiful.

Saiful mengatakan ada kemungkinan bahwa tipologi santri tradisionalis dan modernis cukup kuat. 

Dua kecenderungan tersebut, kata dia, tidak mudah berjalan berdampingan.

"Kita melihat orang NU, secara politik, lebih bisa bekerja sama dengan orang nasionalis ketimbang dengan orang modernis. Kalau dilihat faktanya, itu salah satu kemungkinan penjelasannya," kata dia.

Saiful menjelaskan NU adalah organisasi yang cukup solid dan cukup besar di Indonesia. 

Oleh karena itu, kata dia, NU mempunyai nilai elektoral yang penting dalam politik di Indonesia termasuk dalam pemilihan presiden. 

Hal yang juga menarik dan perlu dicatat, menurut Saiful, sepanjang pemilihan presiden secara langsung sejak 2004 sampai sekarang tidak banyak tokoh NU yang menjadi calon kuat dalam Pilpres. 

Meski jumlah massa NU besar secara elektoral dan pemilih dari kalangan NU banyak, namun kata dia, hal itu tidak disertai dengan lahirnya tokoh-tokoh NU yang potensial menjadi presiden.

Pada pemilihan presiden langsung 2004, kata dia, tercatat calon presiden dari NU ada Hamzah Haz yang berpasangan dengan Agum Gumelar.

Baca juga: KH. Imam Jazuli: Kenapa Ngaku NU Wajib Ber-PKB?

Pasangan tersebut, kata dia, mendapat suara yang sangat kecil dan tidak sebesar massa NU. 

"Artinya pemilih NU belum tentu memilih tokoh yang berasal dari NU itu sendiri," kata Saiful.

Kedua, pada Pilpres 2009 tercatat Jusuf Kalla yang merupakan tokoh NU sangat senior dan diakui maju sebagai calon presiden.

Namun demikian, kata dia, JK tidak mendapat suara yang signifikan juga dan jauh di bawah suara NU itu sendiri. 

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan