Pilpres 2024
Pengamat Sebut Cawapres Kunci Kemenangan Pilpres 2024, Ingatkan soal Matahari Kembar Era SBY-JK
Pangi Syarwi Chaniago mengingatkan calon wakil presiden (cawapres) memiliki peran penting di Pilpres 2024 mendatang.
Penulis:
Endra Kurniawan
Editor:
Pravitri Retno W
Kriteria pertama yang wajib dimiliki oleh cawapres adalah memiliki basis elektoral yang kuat.
Elektoral tersebut bisa datang dari dukungan parpol, pengaruh politik hingga berasal dari daerah yang memiliki potensi elektoral besar.
Semua hal di atas nantinya dapat memberikan keuntungan bagi pasangan calon presiden guna memenangkan Pilpres 2024.
Di sisi lain, elektoral besar cawapres juga menjaga stabilitas politik dan meredam potensi konflik di dalam pemerintahan serta memberikan keyakinan kepada pemilih bahwa pasangan tersebut mampu menghadapi tantangan dan dinamika politik dengan baik.
Pangi mencontohkan seperti saat bagaimana Jusuf Kalla sebagai wapres waktu itu bisa menarik Golkar ke gerbong koalisi pemerintah, sehingga tercipta stabilitas politik dalam koalisi.
"Calon wakil presiden yang memiliki basis elektoral yang kuat atau memiliki jaringan politik yang luas, juga dapat membantu pasangan calon untuk memenangkan dukungan dari partai politik atau koalisi politik yang sebelumnya tidak mendukung, yang pada akhirnya akan mempengaruhi format koalisi dan partai partai politik yang tergabung dalam koalisi untuk membentuk koalisi yang stabil dan solid," beber Pangi.
Pangi kemudian memberikan catatan cawapres yang akan digandeng ada kebutuhan lain, tergantung kebutuhan user capresnya, seperti representasi basis segmen pemilih yang tidak beririsan alias tidak sama dengan capresnya, serta irisan representasi wilayah misalnya Jawa-Non Jawa.
Blok Ideologis dan Kebutuhan Pemilih Gen Z dan Milenial

Kriteria selanjutnya, menurut Pangi, terkait konteks blok ideologis.
Cawapres digandeng ada kebutuhan lain karena mengentalnya blok ideologis polarisasi isu dan menguatkan politik identitas sehingga muncul capres cawapres representasi kombinasi nasionalis-religius dalam kasus Jokowi-Ma’ruf.
"Model cawapres kebutuhan lain misalnya sipil-militer, cawapres dari kluster kepala daerah, dari menteri dan dari ketum partai," kata Pangi.
Selanjutnya Cawapres juga harus representasi kebutuhan pemilih Gen Z dan Milenial, sebab bagaimana pun generasi milenial cukup besar dan potensial pemilihnya.
Baca juga: PDIP Diprediksi Bakal Pilih Erick Thohir Dampingi Ganjar Pranowo di Pilpres 2024, Ini Alasannya
Bahkan mendekati angka 60 persen, pemilih ini masuk pada kategorisasi pemilih rational dan psikologis, memperhatikan rekam jejak kandidat, kompetensi, kapasitas, integritas dan jam terbang serta pengalaman dari capres-cawapresnya, jadi harus hati-hati juga dengan perilaku memilih (voting behaviour) kelompok cluster ini.
GenZ dan Milienial termasuk pemilih yang kritis yang naik kelas menjadi pemilih rational dan psikologis, sehingga penting juga cawapres mempertimbangkan trace record.
"Mempengaruhi persepsi publik, dengan memilih wakil presiden yang memiliki citra politik yang baik dan bersih akan lebih mudah diterima oleh pemilih kritis Gen Z dan pemilih milenial dan dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap kemampuan pasangan calon presiden," urai Pangi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.