Selasa, 12 Agustus 2025

Pilpres 2024

5 Dampak Negatif Cawe-cawe Jokowi di Pilpres 2024 Menurut Pengamat

Pangi Syarwi Chaniago menilai ada lima dampak negatif yang bisa ditimbulkan bila Presiden Jokow) campur tangan alias cawe-cawe di Pilpres 2024.

YouTube Sekretariat Presiden
Presiden Jokowi - Analis Politik, Pangi Syarwi Chaniago menilai ada lima dampak negatif yang bisa ditimbulkan bila Presiden Joko Widodo (Jokowi) campur tangan alias cawe-cawe menentukan calon penerusnya di Pilpres 2024. 

Lanjut Pangi, jika presiden terlibat secara aktif dalam menentukan calon penerusnya, maka dapat menciptakan preseden yang berbahaya di mana presiden memiliki kendali penuh terhadap proses politik dan pemilihan.

4. Kehilangan Kepercayaan Publik

Campur tangan Jokowi juda dinilai dapat merusak kepercayaan publik (distrust) terhadap proses pemilihan dan integritas lembaga-lembaga terkait.

"Jika masyarakat merasa bahwa proses pemilihan tidak adil atau terdistorsi karena campur tangan presiden, maka mereka dapat kehilangan kepercayaan pada sistem politik dan pemimpin yang dipilih," kata Pangi.

Hal ini dinilai dapat menghasilkan ketidakstabilan sosial dan politik, serta mengurangi legitimasi pemerintah yang akan datang.

5. Pembatasan Inovasi Politik

Dampak negatif kelima menurut Pangi, ada risiko terjadinya stagnasi politik.

"Calon-calon yang mungkin memiliki visi baru, gagasan inovatif, atau perspektif yang berbeda mungkin akan terhalang oleh pengaruh presiden saat ini."

"Hal ini dapat menghambat perkembangan demokrasi dan mencegah perubahan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang terus berubah dan dinamis," ungkapnya.

Jokowi Harus Netral

Lebih lanjut Pangi mengatakan, cawe-cawe Jokowi berpotensi terjadinya abuse of power alias penyalahgunaan kekuasaan.

"Presiden masih punya kendali total terhadap infrastruktur dan suprastruktur Pemilu 2024."

"Cara menghentikan itu semua, presiden harus netral dan cuti," ungkap Pangi.

Indonesia dinilai masih membutuhkan kekuasaan presiden dan negara yang netral karena sistem Pemilu masih lemah.

"Presiden cawe-cawe menurun wibawa citra menjadi politisi makelar, sementara presiden negarawan naik kelas bagaimana berpikir keras dan fokus menjaga pemilu berjalan sukses, equal dan bermartabat," pungkasnya.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjadi inspektur upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (1/6/2023).
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjadi inspektur upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (1/6/2023). (Tribunnews.com/ Reza Deni)
Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan