Pilpres 2024
Anies Baswedan Ungkap Titik Terendah di Hidupnya Saat Melihat Sang Adik Tutup Usia Secara Tragis
Momen tersebut berawal saat Anies Baswedan bersama keluarganya yang tinggal di Yogyakarta dulu, berlibur ke Jakarta.
Penulis:
Ibriza Fasti Ifhami
Editor:
Erik S
"Jadi itu satu masa ketika saya pulang ke Yogyakarta itu kayak kosong. Masuk kamar adik saya enggak ada. Dan barang-barangnya masih ada di situ," lanjutnya.
"Jadi satu periode, kelas 3 SD, saya merasakan yang disebut kehilangan dalam arti sesungguhnya. Dan di situ saya baru pertama kali ketemu apa itu mati, apa itu meninggal dan tidak pernah ketemu lagi."
Anies mengatakan, kesedihan yang luar biasa menyelimutinya setelah insiden nahas itu.
Terlebih, kata Anies, orang tuanya waktu itu sedang berada di Yogyakarta.
Baca juga: Respons Anies soal Izin Acara Senam PKS Dicabut Pemkot Bekasi
"Jadi mereka enggak di sini, baru mereka dijemput besoknya di Jakarta. Dan saat di Jakarta, baru tahu ada kejadian ini. Kalau dulu mungkin motret ngirim gambar, tapi dulu enggak ada," kata Anies.
Pengalaman tersebut, ucap Anies, membuat keluarganya mendapatkan hempasan yang dahsyat.
"Ibu saya tidak pernah membayangkan harus mengubur anak yang dilahirkannya. Ayah saya tidak pernah membayangkan, dan saya masih ingat itu jadi satu titik terendah dalam perjalanan hidup saya," ungkap eks Gubernur DKI itu.
Lebih lanjut, Anies mengatakan, sang adik bernama Haifa itu dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Kober, Jatinegara, Jakarta Timur.
Meski demikian, kata Anies, semasa ia menjabat sebagai Gubernur DKI, ia tak pernah berhasil menemukan makam adiknya itu.
"Saat tugas menjadi Gubernur sampai sekarang tidak ketemu. Jadi rupanya kami di Yogyakarta tidak terbiasa makam ditumpuk dan hilang. Kalau di Jakarta ditumpuk-tumpuk, lalu makam yang dulu enggak ada," ungkapnya.
Beberapa waktu berlalu, Anies menjelaskan, ibu menjadi sosok yang membantunya bangkit dari kesedihan mendalam atas kepergian sang adik.
Baca juga: Cerita Anies Baswedan Rayu Susi Pudjiastuti Ikut Kejar Paket C saat Jabat Menteri
"Yang membantu saya melewati inu semua itu ibu. Kan ibu yang paling kehilangan dalam proses ini. Dan pelan-pelan diajak berbicara satu-satu, sampai saya tidak ingat persis waktunya, kira-kira sesudah kelas 4, kelas 4, saya mulai merasa terbebas dari perasaan seperti ketemu terus, mau ketemu lagi, itu mau bersama-sama lagi. Itu butuh waktu," kata Anies.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.