Kamis, 28 Agustus 2025

Pilpres 2024

Paling Gemuk, Ini Kekuatan Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat dan 4 Parpol Non Parlemen Dukung Prabowo

Berikut peta kekuatan partai politik pendukung bakal capres Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Apakah suara parpol pendukung cukup meloloskan Prabowo?

Penulis: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (tengah) bersama Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartanto (kedua kiri), Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kedua kanan) Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra (kanan) dan Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta (kiri) melakukan salam tumpuk tangan sebelum rapat di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Kamis (14/9/2023). Rapat para Ketua Umum Partai Koalisi Indonesia Maju (KIM)?tersebut membahas program partai koalisi jelang Pilpres 2024. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berikut peta kekuatan partai politik pendukung bakal capres Prabowo Subianto di Pilpres 2024.

Ketua Umum Partai Gerindra ini diketahui didukung oleh empat partai politik yang duduk di parlemen dan empat parpol di luar legislatif.

Partai pendukung Prabowo yakni Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Demokrat, Partai Garuda, Partai Gelora, dan kemungkinan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Diketahui, pencalonan calon presiden mengharuskan pengusung memiliki suara yang memenuhi syarat ambang batas pencalonan Capres dan Cawapres atau presidential threshold sebagaimana diatur dalam Pasal 222 UU Pemilu.

Aturan tersebut menyatakan bahwa "Pasangan calon diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya."

Lalu seperti apa kekatan mesin partai memenangkan Prabowo Subianto di Pilpres 2024?

1. Partai Gerindra

Jumlah suara: 17.596.839 (12,57 persen) pada Pemilu 2019
Jumlah kursi: 78 Anggota DPR

Tujuh provinsi penyumbang suara terbesar Gerindra di Pemilu 2019 yakni Jawa Barat 17,69 persen suara atau 4.320.050 suara sah. 

Disusul Jawa Timur 2.408.607 suara, Jawa Tengah 1.701.310 suara, DKI Jakarta 988.859 suara, Sumatera Utara 878.693 suara, Banten 683.558 suara, Sumatera Selatan 543.675 suara.

2. Partai Golkar

Jumlah suara: 17.229.789 (12,31 persen) pada Pemilu 2019
Jumlah kursi: 85 Anggota DPR

Enam provinsi penyumbang suara atau lumbung suara terbesar Golkar di Pemilu 2019 yakni Sumatera Selatan 671,29 suara atau 15,48 persen, Jambi 360,290 atau 20,17 persen suara, Kalimantan Timur 350.829 suara, Bengkulu 136.581 suara, Kalimantan Selatan 343.144 suara, dan Riau 173,99 suara di provinsi itu.

3. Partai Amanat Nasional (PAN)

Jumlah suara: 9.572.623 (6,84 persen) di Pemilu 2019
Jumlah kursi: 44 Anggota DPR

Lumbung suara PAN di Jawa Barat 1,69 juta suara, disusul Jawa Timur 1,21 juta, Jawa Tengah 832.010 suara, Sumatera Utara 520.824 suara, Papua 443.393 suara, Sulawesi Selatan 418.440 suara, Sumatera Barat 412.483 suara.

4. Partai Demokrat

Jumlah suara: 10.876.057 (7,77 persen) di Pemilu 2019
Jumlah kursi: 54 Anggota DPR

Lima provinsi lumbung suara Demokrat di Pemilu 2019 lalu yakni Jawa Timur 1.841.145 suara sah. Hal ini karena Pacitan (Jawa Timur) merupakan daerah kelahiran SBY.

Kemudian Jawa Barat 1.830.565 suara, disusul Jawa Tengah 1.132.420 suara, Banten 553.391 suara, dan Lampung 491.786 suara.

Dukungan 4 Parpol Penuhi Syarat Calonkan Prabowo di Pilpres 2014

Seperti diketahui, sesuai UU Nomor 23 Tahun 2023 sebagai pembaruan UU Nomor 17 Tahun 2017 maka partai politik wajib memenuhi presidential threshold atau PT 20 persen kursi di DPR atau 25 persen suara sah nasional di Pemilu 2019 agar bisa mengusung capres maupun cawapres pada Pilpres 2024.

Baca juga: Gus Miftah Teteskan Air Mata karena Prabowo Difitnah

Koalisi 4 parpol parlemen di atas sudah memenuhi lebih dari cukup untuk mengusung Prabowo Subianto di Pilpres 2014 karena mencapai 39,49 persen suara sah nasional di Pemilu 2019 lalu.

Perolehan Suara 3 Parpol Non-Parlemen Anggota KIM di Pemilu 2019 lalu:

5. Partai Bulan Bintang (PBB)

Jumlah suara: 1.990.848 (0,79 persen) di Pemilu 2019 tapi tidak berhasil mendapatkan kursi di DPR RI.

2. Partai Garuda

Jumlah suara: 702.536 (0,5 persen) pada Pemilu 2024 tapi tidak berhasil mendapatkan kursi di DPR RI.

3. Partai Gelora

Partai Gelora baru pada Pemilu 2024 baru akan ikut pesta demokrasi. Namun para pendiri Partai Gelora dikenal tokoh-tokoh nasional yang selama ini ikut membesarkan PKS seperti Anis Matta (Mantan Presiden PKS), Mahfud Siddiq (pendiri PKS), Fahri Hamzah (pentolan PKS), Dedi Mizwar dan sebagainya.

Mereka umumnya memiliki basis massa di daerah masing-masing seperti Anis Matta di Sulawesi Selatan, Fahri Hamzah di NTB, dan Dedi Mizwar eks Wakil Gubernur Jawa Barat.

Proyeksi Perolehan Suara 7 Parpol Anggota KIM pendukung Prabowo di Pemilu 2014 berdasarkan hasil survei terbaru:

Survei Litbang Kompas pada 27 Juli-7 Agustus 2023 terhadap 1.364 responden mencatat elektabilitas partai politik (parpol) peserta Pemilu 2024 di Indonesia. (Huruf tebal merupakan parpol koalisi Prabowo). 

1. PDIP 23,3 persen suara.
2. Gerindra yang meraih 18,9 persen suara
3. PKB 7,6 persen suara.
4. Partai Golkar 7,2 persen
5. Partai Demokrat 7 persen
6. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 6,3 persen suara
7. Partai Nasional Demokrat (Nasdem) 5,9 persen suara
8. Partai Amanat Nasional (PAN) 3,4 persen.
9. Partai Perindo 3,4 persen suara.
10. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 1,6 persen.
11. Partai Hanura meraih 0,8 persen suara.
12. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 0,8 persen suara.
13. Partai Garuda 0,5 persen suara.
14. Partai Gelora 0,4 persen.
15. Partai Ummat 0,2 persen.
16. Partai Bulan Bintang (PBB) 0,1 persen suara.
17. Partai Buruh 0,1 persen suara.

Tak jamin kemenangan

Direktur Nusakom Pratama Institute, Ari Junaedi, menilai, mengingat pendaftaran peserta Pilpres 2024 kurang dari sebulan lagi, besar kemungkinan hanya akan ada tiga koalisi partai politik, bukan empat.

Meski koalisi pendukung Prabowo menjadi yang paling gemuk, menurut Ari, itu tak menjadi jaminan kemenangan.

“Dalam kontestasi pilpres, tidak selalu linear antara kemenangan dengan jumlah banyaknya partai dalam koalisi,” katanya kepada Kompas.com, Senin (18/9/2023).

Ari menyebut, semakin gemuk koalisi, justru semakin rumit membangun koordinasi antarpartai politik.

Baik itu untuk menentukan cawapres, maupun ketika mempersiapkan kampanye. 

Meski bekerja sama dalam satu koalisi, setiap parpol diyakini akan mementingkan ego masing-masing.

Parpol cenderung ingin memenangkan partai mereka sendiri ketimbang capres-cawapres yang mereka dukung.

“Ego partai pasti ingin memenangkan partai, bukan sosok capres,” ujarnya. Lagipula, lanjut Ari, dukungan massa partai politik tak selalu sejalan dengan kandidat capres-cawapres.

Artinya, meski suara koalisi besar dan beragam dari berbagai partai, belum tentu massa pendukungnya memilih capres-cawapres yang diusung koalisi tersebut.

“Hasil survei terbaru dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) membuktikan kalau loyalitas kader partai tidak identik selalu memilih capres-cawapres yang diusung partainya,” kata Ari.

“Misalnya Demokrat, kefanatikan kader dan simpatisan Demokrat ternyata ada yang memilih Ganjar di 33 persen, sementara yang memilih Anies masih 22 persen dan yang memilih Prabowo di 39 persen,” tutur dosen Universitas Indonesia (UI) itu. (*)

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan