Minggu, 5 Oktober 2025

Pilpres 2024

Fahri Hamzah Blak-blakan Sebut Figur yang Tepat Dampingi Prabowo adalah Gibran, Ungkap Alasannya

Ketua Umum Partai Gelora menilai figur yang tepat untuk mendampingi capresPrabowo Subianto adalah Gibran Rakabuming Raka.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Dewi Agustina
Dok Gerindra/Tangkap layar YouTube Metro TV
Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengatakan figur yang tepat untuk mendampingi calon presiden (capres) Prabowo Subianto adalah Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

"Prabowo sudah terlalu kuat sekarang, dia diuntungkan karena berada di tengah. Sebab, pemilih kiri nggak mungkin milih capres kanan, dan capres kanan nggak mungkin milih capres kiri," ujarnya.

Prabowo, lanjut Fahri, juga sudah terang-terangan akan melanjutkan pemerintahan Jokowi, karena Prabowo saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan, berbeda dengan Ganjar Pranowo yang tidak berada di kabinet.

"Makanya Prabowo mengatakan, kami tidak ragu sebagai keberlanjutan dari kabinet Jokowi. Kalau Ganjar, susah mengklaim keberlanjutan kabinet Jokowi. Dia tidak di kabinet, bukan anggota kabinet. Kalau Prabowo adalah anggota kabinet selama 5 tahun, dia mengikuti semua rapat kabinet lima tahun ini," katanya.

Baca juga: Prabowo Tak Hanya Patriot Sejati, Ini Sejumlah Alasan Projo Dukung Prabowo Capres di Pilpres 2024

Fahri juga menampik klaim PDIP yang mengatakan, Ganjar sebagai kelanjutan dari Jokowi, hanya karena Jokowi adalah kader dan petugas partai PDIP.

Sebab, kabinet Jokowi tidak hanya diisi PDIP, tapi juga ada parpol lain.

"Inilah sebenarnya asal muasalnya, kenapa Prabowo ingin dengan PDIP, karena semua koalisi yang dipimpin Jokowi harus solid. Tapi sayangnya, PDIP keluar, Nasdem keluar dan PKB keluar," katanya.

Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini mengatakan, seorang capres yang diusung parpol harusnya memiliki ideologi atau mewakili gagasan, sehingga track recordnya dapat diketahui.

Namun, mekanisme tersebut tidak diatur dalam Pemilu 2024.

"Kalau sekarang orang yang muncul itu, hanya untuk melengkapi tiket. Dan ujug-ujug orang yang berpisah jauh seperti PKS dan PKB, tiba-tiba dipaksa kawan. Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar itu pisah jauh, dipaksa oleh tiket," katanya.

Dalam sistem yang relevan sekarang, lanjut Fahri, yang mengikuti kontestasi seharusnya adalah yang berkuasa melawan antitesa dari pemerintahan Jokowi sekarang, atau lawan politiknya.

Sebab, Prabowo dianggap mewakili gagasan kabinet Jokowi yang memiliki program besar-besar seperti pembangunan IKN, kereta cepat, infrastruktur dan lain-lain.

Sementara lawannya, yang menolak program-program tersebut.

"Kalau Prabowo mengasosiasikan kelanjutan Jokowi, maka lawannya harusnya antitesanya Jokowi, yaitu Anies Baswedan saja. Sekarang yang aneh, Anies Baswedan mengatakan, koalisi perubahan, tetapi Nasdem dan PKB masih di dalam, ini yang membingungkan, sementara PDIP ngotot mau perang terbuka," tandasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved