Pilpres 2024
Reza Indragiri Ungkit 3 Hal Tanggapi Penolakan Terhadap Capres yang Didukung Abu Bakar Baasyir
Reza Indragiri Amriel selaku Anggota Pusat Kajian Assessment Pemasyarakatan Poltekip Kementerian Hukum dan HAM memberikan pandangannya.
Editor:
Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ustaz Abu Bakar Baasyir menyatakan diri mendukung pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN).
Putra Ustaz Abu Bakar Baasyir, Abdul Rohim, mengonfirmasi kebenaran rekaman suara itu. Dukungan Abu Bakar Ba’asyir terhadap pasangan AMIN ini pun sontak mendapat perhatian dari berbagai pihak.
Salah satu yang langsung merespon dukungan Abu Bakar Ba’asyir terhadap pasangan AMIN ini adalah Nahdlatul Ulama (NU).
Sekjen PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul bahkan secara spesifik meminta Nahdliyin tak memilih paslon yang didukung oleh Abu Bakar Ba’asyir.
Menanggapi hal tersebut, Reza Indragiri Amriel selaku Anggota Pusat Kajian Assessment Pemasyarakatan Poltekip Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) memberikan pandangannya.
Menurutnya, tidak ada pembenaran terhadap terorisme. Harus ditentang, pelakunya dipidanakan.
Pada sisi lain, ada tiga hal yang perlu ditinjau dari pernyataan Saifullah Yusuf dan Yenny Wahid terkait penolakan terhadap paslon yang didukung Ustad Abu Bakar Baasyir (Ustad ABB).
Pertama, ABB selaku eks narapidana.
"Studi di sejumlah benua menunjukkan tingkat residivisme pelaku pidana terorisme adalah sebesar 2-7 persen. Persentase tersebut dikategori sebagai sangat rendah (very low) dan jauh lebih rendah (far lower) ketimbang residivisme kejahatan umum," ujarnya dalam keterangan kepada Tribunnews.com, Kamis (18/1/2024).
Menurutnya, ABB sendiri telah menyatakan kembali ke NKRI. Pihak yang masih menyebut ABB sebagai penolak Pancasila, perlu memperbarui pengetahuannya.
Pernyataan terbuka ABB menunjukkan perubahan mindset-nya, "Indonesia berdasarkan Pancasila itu mengapa disetujui ulama? Karena dasarnya tauhid, Ketuhanan yang Maha Esa. Ini pun pengertian saya terakhir. Dulunya saya, Pancasila itu syirik. Tapi, setelah saya pelajari selanjutnya, ndak mungkin ulama menyetujui dasar negara syirik, itu ndak mungkin. Karena ulama itu mesti niatnya ikhlas.”
Kementerian Hukum dan HAM juga tentu telah melakukan risk assessment (RA) terhadap ABB.
RA adalah mekanisme untuk menakar antara lain risiko residivisme terpidana. Seandainya hasil RA menunjukkan ABB berisiko tinggi mengulangi tindak pidana, dan itu menjadi ancaman besar bagi masyarakat, Kemenkumham dan lembaga-lembaga negara lainnya niscaya akan memberikan rekomendasinya agar ABB–dengan cara apa pun–tidak dikeluarkan dari lapas.
"Alhasil, kalau ada pihak yang ketakutan bahwa ABB akan melakukan aksi pidananya kembali, pihak tersebut perlu diinsafkan bahwa ketakutannya itu terlalu berlebihan. Sekaligus, ketakutan itu menunjukkan ketidakpercayaan terhadap kerja pemasyarakatan Kemenkumham."
Kedua, dukungan ABB terhadap paslon tertentu.
Anggaplah, risk assessment sebatas menangkap indikator. Sementara, dukungan ABB tersebut merupakan bukti bahwa telah terjadi disengagement ABB dari elemen-elemen terorisme yang pernah didakwakan kepada dirinya.
Disengagement itu merupakan kabar baik. Bahwa, bukan sebatas reprogramming pada level berpikir, ABB sudah memperlihatkan perubahan pada tataran perilaku.
Dukungan ABB itu pun selaras dengan anjuran Bung Karno sekian puluh tahun silam. Menentang pembentukan negara agama, Bung Karno mendorong rakyat agar memilih wakil-wakilnya yang dinilai mampu memperjuangkan nilai dan norma keagamaan di parlemen.
Wakil-wakil semacam itu pada gilirannya akan memberikan warna relijius pada produk legislatif yang dihasilkan, sehingga pada gilirannya memperkokoh nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan bernegara.
"Itu pula yang secara analogis ABB lakukan. Keinginannya agar Indonesia berwarna lebih hijau ia coba realisasikan bukan dengan melalui jalur ilegal. Sebaliknya, demi mewujudkan harapannya itu, ABB memilih aktif menggunakan hak konstitusionalnya selaku warga negara," katanya.
Menurut Reza, narasi 'jangan mendukung paslon yang didukung ABB' pun mengandung logika yang membingungkan. Narator menunjukkan sikap anti terhadap individu tertentu, tapi rekomendasi yang ia keluarkan justru bernuansa politik praktis.
"Kekacauan logika serupa bisa terjadi pula seandainya ada narasi 'jangan mendukung paslon yang didukung oleh TikToker yang mengancam melakukan pembunuhan/penembakan'. Begitu pula, 'jangan mendukung paslon yang diusung oleh parpol yang di dalamnya ada eks koruptor', atau lainnya."
"Jadi, linearlah dalam berpikir. Kekhawatiran terhadap individu pelaku pidana atau pun eks narapidana semestinya berlanjut dengan arahan untuk mewaspadai individu tersebut, bukan dengan mengeluarkan instruksi bermuatan politik elektoral."
Apalagi, kata Reza, Saifullah juga menyebut nama Amien Rais. Ini semakin tidak jelas ujung pangkalnya.
Ketiga, paslon yang didukung ABB.
Dukungan ABB justru memperteguh citra paslon dimaksud sebagai kubu yang identik dengan kemajemukan.
Tak terkecuali, mantan terpidana yang telah mengalami perubahan nyata pada pemikiran dan perilakunya pun tidak canggung untuk bersikap pro terhadap paslon yang juga didukung oleh banyak pihak dengan serbaneka latar belakang dan afiliasinya.
"ABB, dalam istilah psikologi forensik, ber-reintegrasi dengan masyarakat yang heterogen. Inilah puncak keberhasilan proses pemasyarakatan."
Pilpres 2024
PTUN Tunda Pembacaan Putusan PDIP soal Penetapan Gibran Cawapres, Mahfud Pesimis Bakal Dikabulkan |
---|
VIDEO Pembacaan Putusan Gugatan PDIP Soal Pencalonan Gibran di PTUN Ditunda Jadi 24 Oktober 2024 |
---|
Jubir PTUN: Penundaan Pembacaan Putusan Gugatan PDIP soal Gibran Tak Terkait Pelantikan Presiden |
---|
Hakim Sakit, PTUN Tunda Baca Putusan Gugatan PDIP hingga Setelah Pelantikan Prabowo-Gibran |
---|
BREAKING NEWS PTUN Tunda Pembacaan Putusan PDIP Gugat KPU soal Penetapan Gibran jadi Cawapres |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.