Sabtu, 30 Agustus 2025

Pilpres 2024

Hasto PDIP Sebut Gibran Kurang Beretika di Debat Cawapres Semalam

Hasto menyayangkan sikap putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, debat harusnya ajang untuk beradu gagasan.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Cawapres nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka saat mengikuti debat ketiga Pilpres 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024). Debat keempat ini bertemakan energi, sumber daya alam, sumber daya manusia, ajak karbon, lingkungan hidup dan agraria serta masyarakat adat. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto mengatakan, calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming kurang beretika pada debat keempat Pilpres 2024 yang digelar Minggu (21/1/2024) malam.

"Yang terlihat tadi malam di debat, Gibran kurang etika, gestur yang kurang pas dan berupaya memancing emosi," kata Hasto dalam keterangannya, Senin (22/1/2024).

Hasto menyayangkan sikap putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, debat harusnya ajang untuk beradu gagasan.

"Kita sayangkan kekhimatan dan keseriusan debat yang harusnya untuk menjelaskan visi-misi dan gagasan besar malah dijadikan ajang gimmick sekedar menjatuhkan atau merendahkan calon lain," ujarnya.

Sementara cawapres nomor urut 1 dan 3, yakni Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD, Hasto menuturkan, mereka mampu menjaga marwah debat dengan menunjukkan keseriusan dalam bertanya, menjawab, dan menjaga sikap.

"Dulu, usia 40 tahun untuk capres dan cawapres diputuskan dengan mempertimbangkan kematangan emosi calon pemimpin nasional. Namun, keputusan Mahkamah Konstitusi mengubah hal itu," ucapnya.

Hasto menjelaskan, debat tidak hanya soal singkatan atau gimmick, tapi juga substansi, apalagi mengabaikan aturan main.

"Mas Gibran seperti ada persoalan pribadi dengan Tom Lembong. Itu kurang etis," ujar Hasto sekaligus menyayangkan bagaimana Gibran sepertinya lebih membela korporasi Nikel daripada membela kepentingan rakyat.

“21 korban rakyat yang meninggal akibat ledakan furnace di industri Nikel sama sekali tidak mendapat perhatian dari Mas Gibran," ungkapnya menambahkan.

Menurut Hasto, publik akhirnya bereaksi negatif dan munculnya peristiwa ketika di Amerika, Presiden Jokowi malah meminta Tom Lembong untuk membantu menjawab pertanyaan.

Menariknya, kata dia, Mahfud dengan pengalaman yang luas tidak terpancing atas berbagai upaya Gibran.

"Prof Mahfud menunjukkan ketegasannya bahkan tidak mau menjawab pertanyaan. Apalagi ada pengamat yang kemudian menanggapi debat menyebutkan bahwa pertanyaan soal greenflation itu, penjelasan Gibran tidak tepat dan jangan-jangan Gibran tidak paham," jelas Hasto.

Selain itu, Hasto menerangkan bahwa perbincangan di sosial media saat debat dan seusai debat memberikan sentimen positif terhadap Mahfud.

Sementara sebaliknya menunjukkan sentimen negatif atas penampilan Gibran.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan