Minggu, 28 September 2025

Rasi, Beras Singkong Menu Pokok Warga Adat Cireundeu Cimahi Jabar

Warga Kampung Adat Cireundeu, Cimahi, Jabar masih mempertahankan rasi atau beras jagung sebagai makanan pokok sehari-hari mereka di era modern ini.

TRIBUN JABAR/HILMAN KAMALUDIN
Warga Kampung Adat Cireundeu, Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat mengonsumsi beras rasi atau beras singkong untuk makanan pokok. Tokoh masyarakat Kampung Adat Cireundeu, Abah Widiya (dua dari kanan) memimpin upacara adat di kampung itu. Di Kampung Adat Cireundeu, makanan pokok rasi (beras singkong) masih diatur hukum adat, meski warga di situ sudah cukup banyak mengadopsi kemajuan teknologi. 

Di sepanjang kampung, kita akan mendapati beberapa gazebo beratap ijuk dan Bale Saresehan yang digunakan untuk ritual adat, dan pagelaran seni budaya.

Kampung seluas 64 hektare, terdiri atas 4 hektare permukiman dan 60 hektare lahan pertanian, ini dihuni 400 keluarga yang menganut agama Sunda Wiwitan.

"Kampung Adat Cireundeu bukan waktu sebentar, sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan masyarakatnya tetap ajeg (ada) karena di dalamnya ada kekuatan tradisi, budaya, dan ritual," ujar Abah Widiya (60) kepada Tribun Jabar Tribun Network.

Abah Widiya mengatakan, warganya sangat kuat menjalani adat dan tradisi sehingga tetap lestari sampai sekarang.

Ritual besar yang dijalankan sampai sekarang adalah peringatan Tahun Baru 1 Sura.

Di dalamnya ada upacara Nutup Taun (Tutup Tahun) dan Ngemban Taun (Menyambut Tahun Baru) Saka dalam penanggalan Sunda.

Meski begitu, warga kampung Cireundeu tidak menolak modernitas, dan optimis menatap masa depan, termasuk menatap 2023.

Seperti masyarakat modern lain, warga di kampung ini juga mempunyai ponsel untuk berkomunikasi.

"Perkembangan zaman dan teknologi tak pernah ditolak karena itu masuknya menjadi kebutuhan. Tapi, kami juga punya konsep dan aturan, seperti tetap gelar ritual dan pertemuan sesepuh, jadi serangan kemajuan zaman akan tetap terjaga dengan cara-cara seperti itu," ujarnya.

Namun jangan coba-coba mengusik tanah mereka. Abah Widiya bercerita, pada 2018 di sebuah bukit di Cireundeu akan dibangun perumahan dan pada 2019 akan dibuka jalur off road.

Sontak warga merapatkan barisan menolak rencana itu.

Menurut Abah Widiya, warga dan pemerintah harus bersinergi untuk menjaga alam. "Harus ada untuk menjaga alam," katanya.

"Konsep orangtua kita dulu juga ada tata ruang, dan itu sudah jadi aturan yang enggak boleh dilanggar karena pamali, sehingga kalau sudah enggak boleh, ya jangan diubah," ujarnya.(Tribunnews.com/TribunJabar/Hilman Kamaludin)

ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI : 

Baca Selanjutnya: Warga kampung adat cireundeu melek teknologi tapi makanan pokok rasi masih diatur hukum adat

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan