Sabtu, 4 Oktober 2025

Matano, Danau Purba Terdalam Ada di Luwu Timur, Pusat Peradaban Besi Masa Kuno

Danau Matani di Sorowako, Luwu Timur, Sulsel terbentuk akibat aktivitas tektonik di masa purba, dan memiliki jejak peradaban kuno di Nusantara.

TRIBUN PALU/HO
Panorama Danau Matano di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Danau ini berusia jutaan tahun terbentuk akibat aktivitas tektonik dan memiliki jejak peradaban besi di masa kuno. 

"Kita menemukan banyak clue di La Galigo dan Negarakertagama bahwa daerah Luwu atau Danau Matano menghasilkan besi yang kualitasnya baik. Komoditas ini cukup langka di Nusantara pada masa lalu," kata Reza.

Survei pada 2016 dan 2018 menghasilkan temuan lima situs arkeologi bawah air seperti di Pulau Ampat, Pontada, Sebengkuro, Onetengka, dan Sukoiyo.

Rata-rata kedalamanya 3-15 meter dari permukaan danau. Kebanyakan temuan berupa tembikar, serpih, tulang, arang, logam, dan fragmen yang tersebar.

Gambaranya seperti lapangan luas di dasar danau.  Situs Sebengkuro letaknya tidak jauh dari danau. Banyak ditemukan tinggalan tembikar dengan priuk dan kakinya di sana.

Pada Situs Onetengka atau para peneliti penyebutnya dengan tanah yang terangkat ditemukan,  perahu dengan log pohon dengan panjang 7 m lebar 37 cm.

Teknologi pembuatannya dianggap cukup tua. Namun belum ada penelitian lanjut untuk pertanggalan dan spesies kayunya.

Perahu ini masih digunakan sampai masa kolonial. Ditemukan kurang lebih di kedalaman 9 meter.

Kemudian, ada Situs Sukoiyo, yang dikenal sebagai situs kampung tua menurut masyarakat dan tetua di Danau Matano.

Pecahan tembikar dan gigi binatang banyak ditemukan di sana. Juga ada priuk yang berisi arang dengan kerak besi dengan kedalaman 20 meter.

Para peneliti mengungkap, itu kemungkinan merupakan hasil peleburan di zaman besi lalu.

Cukup terkenal karena aksesibilitasnya mudah, Situs Ampat, memiliki tembikar pada suatu area yang padat di dasarnya.

Selain itu, ada juga arang dan tulang binatang yang menyebar hampir tiap dasarnya.

Namun, di sana minim artefak besi karena banyak yang diperjual belikan. Hanya ada artefak besi sepanjang 1-1,5 m yang tersisa di sana.

Di Situs Pontada, masih berkaitan dengan kisah rakyat yang sebelumnya disebutkan oleh Reza Permadi, kata Shinatria.

Namun yang tak kalah menarik ada juga cerita ritual penyembelihan yang memicu terjadinya tsunami atau petaka alam tertentu.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Palu
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved