Aksi Brutal Geng Motor
Prajurit TNI Dilarang Bertindak di Luar Komando
Kapuspen TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul menegaskan, prajurit TNI tidak boleh bertindak sendiri di luar jalur komando.
Editor:
Gusti Sawabi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapuspen TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul menegaskan, prajurit TNI tidak boleh bertindak sendiri di luar jalur komando. TNI siap membantu polisi menangani kasus itu, termasuk penyerangan oleh gerombolan pesepeda motor yang diduga melibatkan oknum TNI.
Gerombolan pengendara sepeda motor mengamuk di sejumlah lokasi di Jakarta, Jumat (13/4) pukul 01.00 hingga 03.30. Akibatnya satu orang meninggal, beberapa orang luka-luka, dan dua sepeda motor dibakar. Selain itu, terjadi penjarahan barang-barang, seperti sepeda motor dan ponsel.
Menurut Iskandar, pihaknya masih menyelidiki dugaan keterlibatan oknum TNI dalam kasus penyerangan oleh gerombolan ini. ”Ada dua prajurit TNI yang menjadi korban luka tembak. Kasus itu ditangani Polres Jakarta Pusat, didukung Polisi Militer dan Polisi Militer Angkatan Laut. Prajurit yang terkena luka tembak sedang ditangani di RSPAD Gatot Soebroto,” kata Iskandar, Jumat (13/4/2012).
Hal senada disampaikan Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Untung S Rajab. ”Apabila dari pihak kelompok bermotor itu ada (pelaku) dari pihak TNI, kami akan tangani bersama TNI. Kami akan mencegah dan menindak,” kata Untung.
Menurut Untung, dari hasil analisis kepolisian yang bukan menjadi bukti hukum, penyerangan yang dilakukan kelompok bermotor kemarin terkait dua kasus sejenis sebelumnya. Polda juga memasukkan segala kemungkinan pelaku, termasuk kemungkinan pelakunya dari anggota TNI.
Kaitan peristiwa
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, pada 24 Maret dini hari juga terjadi pengeroyokan yang menyebabkan tewasnya Kelasi 1 Arifin Sirih oleh sekelompok orang di Jalan Benyamin Sueb, Pademangan, Jakarta Utara. Salah seorang tersangka pembunuh Arifin sudah ditangkap di Jakarta Utara, Senin lalu.
Menurut Rikwanto, kepolisian menganalisis ada kaitan peristiwa penyerangan kelompok bermotor Jumat lalu dengan dua penyerangan kelompok bermotor pada Sabtu dan Minggu pekan lalu.
Hal itu disimpulkan dari keterangan para saksi yang terdiri dari korban luka-luka dan warga masyarakat yang melihat peristiwa tersebut. Para saksi, antara lain, mengatakan, penyerang memiliki ciri-ciri yang sama, yakni berbadan tegap, berambut cepak, dan menyerang orang yang tengah berkelompok.
Rikwanto membenarkan anggota kelompok bersepeda motor yang melakukan penyerangan pada Jumat dini hari banyak yang menggunakan pita kuning di lengan. Sementara pada dua penyerangan sebelumnya, pelaku mengecat bagian di bawah mata dengan warna putih.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Pusat Ajun Komisaris Besar Hengki Haryadi mengatakan, pihaknya masih menyelidiki penyerangan ini. Seorang polisi juga menjadi korban pemukulan gerombolan ini di Jalan Pangeran Jayakarta.
Kelompok terlatih
Kriminolog Universitas Indonesia, Prof Adrianus Meliala dan Prof Mustofa, yang dihubungi terpisah, menduga, serangan gerombolan bermotor itu tidak dilakukan oleh geng motor, tetapi oleh sekelompok orang terlatih.
Peristiwa itu, kata Adrianus, menunjukkan para pelaku sudah mengabaikan kemampuan dan kewibawaan negara dalam menegakkan hukum. Di sisi lain, ada kesan para penegak hukum memberi ruang balas dendam dan membiarkan para pelaku melakukan pengadilan jalanan.
”Saat terjadi pengeroyokan yang menyebabkan seorang kelasi Angkatan Laut tewas, polisi seharusnya sudah menghitung kemungkinan tindakan balas dendam dan menyiapkan antisipasinya,” ujar Adrianus.