Penculik Nana Ringan Tangan ke Istri

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Fadlun Haryanto (29), tersangka penculikan Siti Nurjanah (Nana), anak dari pedangdut Nassar dan Muzdalifah, bersikeras dirinya bukan bagian dari jaringan teroris.

Sangkaan pelaku teror padanya merujuk pada temuan bubuk potasium, panduan membuat bom, dan buku jihad yang disita polisi dari rumah kontrakannya, tempat ia menyekap Nana, di Desa Lulut, Rawa Hingkit, Klapanunggal, Kabupaten Bogor, ia sangkal.

"Saya ini bukan teroris. Itu (potasium) bukan buat bom tapi buat bahan sablon. Sekadar ingin tahu saja," kilah Fadlun soal temuan-temuan tersebut.

Soal tuntutan uang sebesar Rp 4 miliar pada Nassar agar Nana selamat, Fadlun menyebutkan alasan bermotif ekonomi di balik tuntutan tersebut. Ia mengaku jika uang sebesar Rp 4 miliar dipenuhi Nassar, ia berniat membuka usaha. Belakangan diketahui, Nassar dan Muzdalifah hanya menyanggupi Rp 500 juta demi kembalinya Nana.

Penelusuran Tribunnews.com di sekitar kontrakan Fadlun, pria asal Jambi ini dikenal sebagai ahli reparasi elektronik. Ia dikenal warga sekitar sebagai tukang servis komputer dan televisi. Sejumlah tumpukan onderdil komputer seperti keyboard dan CPU bekas memang banyak teronggok di depan kontrakan Fadlu.

Meski begitu, sepertinya Fadlun tak menghasilkan cukup uang untuk biaya hidup kesehariannya. Pihak pemilik kontrakan tempat Fadlun tinggal, Arief Chun (28) mengungkapkan Fadlun yang dikenal sebagai Yanto di kawasan tersebut kerap menunggak tagihan kontrakan yang sebulan bertarif Rp 350 ribu tersebut.

"Sepertinya si Yanto memang agak kekurangan uang. Yang saya tahu, ia kerap nunggak uang kontrakan. Ia sering sekali membayar terlambat. Misalnya nunggak beberapa bulan, ia hanya bayar sebulan. Saat ditangkap, ia masih nunggak tiga bulan," ujar Arief pada Tribunnews, Sabtu (27/1/2013).

Terkait sosok dan kepribadian Fadlun, Arief mengaku pria tersebut sebagai orang yang tertutup dan jarang bergaul. Meski orang-orang di sekitar mengenal Fadlun, namun pria tersebut tak memiliki teman akrab di lingkungan rumahnya. Seminggu belakangan, kata Arief, Fadlun malah cenderung menutup mukanya saat keluar rumah.

"Saat keluar rumah ia selalu mengenakan masker (pelingdung debu) dan kacamata hitam. Karena pakai motor, ia juga pakai helm," ujar Arief.

Fadlun diketahui sudah sekitar dua tahun-an menyewa rumah yang berukuran 3x8 m2 tersebut. Hampir selama itu pula Fadlu tinggal bersama istri dan anaknya yang bernama Dafa. Warga sekitar hanya mengetahui, istri Fadlu merupakan orang Cirebon.

"Nama istrinya tak ada yang kenal. Warga hanya memanggil istri Yanto dengan sebutan mama Dafa. Dia dan Yanto tinggal di sini hampir dua tahun. Hanya saja, tiga bulan belakangan istri dan anaknya pergi dari sini," tutur Arief.

Berbeda dari Fadlun yang jarang bergaul, sang istri justru terlihat seperti ibu rumah tangga kebanyakan. Mimi Fitria dan Sapna, warga sekitar menyebutkan wanita yang kerap dipanggil mama Dafa itu tak berjibab dan tak bercadar.

Istri Fadlun juga sering 'nenangga' dan menceritakan sejumlah hal. Dari keluhan istri Fadlun, Mimi dan Sapna mengetahui pasangan suami istri tersebut sering bertengkar.

"Mama Dafa sering cerita, suaminya kasar. Ia (mama Dafa) sering dipukuli mereka sering ribut," ujar Mimi yang diiyakan Sapna.

Mimi dan Sapna tak mengetahui persis alasan istri Fadlun pergi meninggalkan sang suami. Namun mereka menduga, istri Fadlu sudah tak tahan atas perlakuan Fadlun. Mimi dan Sapnah menyebut, istri Fadlun pergi sekitar tiga bulan silam.