Digusur dan Disingkirkan, Hidup Pawang Topeng Monyet di Cipinang
Orang bilangnya kampung topeng monyet, deket Pasar Gembrong dulu. Sekarang udah dibangun jadi apartemen
Penulis:
Wahyu Aji
Editor:
Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bagai jatuh tertimpa tangga. Mungkin itu adalah pribahasa yang cocok menggambarkan kehidupan pengamen topeng monyet yang tinggal di bantaran Kanal Banjir Timur, Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur.
Penghasilan yang hanya pas untuk kehidupan sehari-hari, sekelompok pengamen topeng monyet juga pernah tergusur dari tempat tinggalnya di Kampung Besar, Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur, sekitar 2 tahun lalu, beberapa pengamen topeng monyet yang terkena gusuran pindah ke beberapa lokasi.
"Orang bilangnya kampung topeng monyet, deket Pasar Gembrong dulu. Sekarang udah dibangun jadi apartemen," kata Teten (36) saat ditemui dirumahnya, Kamis (24/10/2013).
Teten menuturkan, bersama dengan sekitar 20 pawang topeng monyet saat ini dirinya tinggal dikawasan dekat bantaran Kanal Banjir Timur (BKT). Di lingkungan kumuh tersebut, sejumlah pawang topeng monyet tinggal di bilik-bilik yang hanya berukuran 3X4 meter.
Lebih lanjut, ayah dua anak tersebut tak tahu harus berbuat apa jika Pemprov DKI Jakarta akan menghilangkan topeng monyet dari ibukota.
"Ngga mikir buat beli rumah. Buat makan aja sehari-hari ngepas. Kalau mau ditertibkan, dipikirin juga rakyat kecil. Itu mata pencaharian kita, dapur buat anak saya," katanya.
Dengan penghasilan Rp 50 ribu sampai Rp 70 ribu, Teten harus berjalan kaki sampai ke Tanah Abang setiap hari. Namun dirinya mengaku tetap bersyukur.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, secara lisan, berjanji pada 2014 Jakarta akan bebas dari hiburan topeng monyet di jalan-jalan. Jokowi menegaskan bahwa monyet tidak boleh dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan uang. Apalagi hewan tersebut kerap disiksa oleh pemiliknya.