Polemik Kalijodo
Tak Terdengar Lagi Musik Keras dari Kafe di Kalijodo
Bagi Made Suryani, kehidupan malam di Kalijodo sudah menjadi bagian dari kesehariannya selama bertahun-tahun.
Editor:
Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bagi Made Suryani, kehidupan malam di Kalijodo sudah menjadi bagian dari kesehariannya selama bertahun-tahun. Apalagi, rumahnya hanya berjarak lima meter dari deretan kafe dangdut di kawasan itu.
"Saya dari tahun 1960 sudah di sini, sudah bosan loh, capek deh," kata perempuan yang akrab disapa Ani kepada Kompas.com, Minggu (21/2/2016) pagi.
Beberapa hari ini, kegiatan di kafe-kafe yang berada di Kalijodo sudah mulai berhenti. Terlebih usai razia penyakit masyarakat yang digelar tim gabungan dari Polda Metro Jaya, Kodam Jaya, dan Satpol PP DKI Jakarta, Sabtu kemarin.
Biasanya, saat Kalijodo dalam kondisi normal, Ani sudah terbiasa tidur dengan suasana bising yang disebabkan suara musik dangdut dari sejumlah kafe.
Saking sudah terbiasanya, ketika kafe sudah banyak yang tutup beberapa hari ini, Ani mengaku merasa aneh.
"Sudah terbiasa dengan kuping bising. Kita sudah terbiasa bunyi musik. Beberapa hari ini sudah enggak bunyi musik. Aku bunyiin radio, ya kan. Karena sudah biasa kan kuping dengar musik," tutur Ani.
Terkait dengan rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menyediakan rumah susun bagi warga Kalijodo disyukuri oleh Ani. Menurut dia, sudah lama dirinya ingin pindah dari Kalijodo, namun belum ada biaya yang cukup.
Ani kini hidup sendiri setelah suaminya meninggal. Dia tidak mau menyulitkan anak-anaknya dengan meminta bantuan.
"Mudah-mudahan, saya dapatnya di (lantai) bawah. Karena kakiku kan, dengkulku, sudah, itu, kalau naik ke atas, kan sakit kaki. Mudah-mudahan Pak Ahok dah dengar saya, saya di bawah. Terus dapat jualan, menyari nafkah untuk saya," harap Ani. (Andri Donnal Putera)
