Krishna Murti Sebut Polisi AS Lebih Bodoh dari Polisi RI, Netizen: 'Apa Kabar Kasus Mirna?'
Salah satu netizen yang menyindir Krishna dan mempertanyakan kelanjutkan kasus kematian Wayan Mirna Salihin.
Editor:
Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM - Pernyataan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti yang mengatakan kepolisian Amerika Serikat lebih bodoh ketimbang kepolisian Republik Indonesia mendapat sorotan netizen.
Berdasarkan pantauan TRIBUNNEWS.com, Jumat (13/5/2016), komentar tersebut menjadi salah satu trending topic yang tengah dibahas di situs jejaring sosial Chirpstory.
Dalam situs tersebut, pengguna Chirpstory bernama sukisury mengunggah thread terkait komentar Krishna Murti yang 'membandingkan' kepolisian AS dan kepolisian RI.
Tak pelah, thread yang diciptakan oleh sukisuri menuai beragam komentar dari para netizen.
Salah satu netizen yang menyindir Krishna dan mempertanyakan kelanjutkan kasus kematian Wayan Mirna Salihin.
"Itu apa kabar kasus sianida Jessica?" tulis pengguna dengan akun @@AgustThe.
Hal senada dilontarkan oleh pengguna akun @Cokelat_sadja, "Polisi sana nggak bisa diajak damai ya pak? Mirna gimana kabarnya?"
Berikut komentar lain dari netizen terkait komentar itu:
@andrefarabi: Gmna sih Pak, justru dengan teknologi maju negara mudah mengungkap kejahatan Pak, itu fakta.
@dedysubhan10: Kalo Indonesia teknologi canggih kalah sama Amerika, karena polisi Indonesia mungkin masih pakai dukun untuk mencari pelaku kejahatan.
Seperti diketahui, Krishna Murti mengatakan kepolisian AS lebih bodoh bila dibandingkan dengan kepolisian RI.
Sebab, polisi Amerika disebut lebih banyak menggunakan teknologi dalam penanganan kasus yang terjadi.
"Jadi sebenarnya polisi Amerika itu lebih bodoh dari polisi Indonesia. Mereka mengandalkan teknologi. Indonesia tanpa teknologi bisa nangkap banyak," ujar Krishna dalam tayangan LINE CAST "Fighting crime with Krishna Murti" di akun official LINE Indonesia, Kamis (12/5/2016) malam.
Krishna mengatakan, potensi penangkapan pelaku kejahatan di Amerika lebih tinggi dengan adanya sistem sidik jari yang terintegrasi dengan akun tabungan, catatan perjalanan seseorang, dan lainnya.
"Kalau di Indonesia mau masuk mal diperiksa kan? Di sana enggak diperiksa karena potensi mereka (yang berpotensi melakukan kriminalitas) ketangkap lebih tinggi karena sistem ya," kata dia.