Kawanan Begal Simpan Motor Hasil Kejahatan dan Senjata Api di Parkiran Stasiun Kalibata
Parkiran motor stasiun Kalibata dijadikan tempat sekelompok begal menyimpan hasil kejahatan, senjata api rakitan
Editor:
Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Parkiran motor stasiun Kalibata dijadikan tempat sekelompok begal menyimpan hasil kejahatan, senjata api rakitan, serta motor untuk melakukan hasil kejahatan.
Polda Metro Jaya mengungkap ini setelah meringkus komplotan begal berjumlah 7 orang, Kamis (1/9) malam.
Ketujuh begal yang diringkus masih berusia antara 19 - 25 tahun. Seluruhnya berasal dari Maringai, Lampung Timur.
Bahkan pemimpin kelompok ini masih berusia 19 tahun. Dia adalah Dick dan tewas saat baku tembak dengan polisi di Jalan Kebagusan Dalam 1, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, tadi malam.
Panit 1 Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Hendro Sukmono, mengatakan, ketujuh orang ini dikoordinir oleh seseorang berinisial DN yang tak tinggal di Jakarta.
"Kami sedang memburu orang itu sekarang," kata Hendro kepada wartawan, termasuk Wartakotalive.com saat jumpa pers di Polda Metro Jaya, Jumat (2/9/2016).
Dari pengakuan ketujuh orang itu, DN yang mendatangkan mereka dari Lampung dan mempekerjakannya sebagai begal.
DN memberikan kelompok ini dua senjata api rakitan dan motor untuk beraksi. "Jadi ini sebenarnya kelompok baru, " kata Hendro.
Selain itu DN juga memberikan tujuh orang ini tempat tinggal. Mereka diberikan sebuah unit apartemen di Gading Nias, Jakarta Utara.
Kelompok ini baru terbentuk sekitar Januari 2016 lalu. Sampai dengan Agustus 2016, kelompok ini sudah beraksi membegal di 25 titik lokasi di Jakarta Selatan.
Seluruh motor hasil kejahatan dijual ke lelaki berinisial DN yang sedang diburu polisi.
Parkir Motor
Saat beraksi, ucap Hendro, kelompok ini punya kebiasaan unik untuk menghilangkan jejak.
Mereka memanfaatkan parkiran motor Stasiun Kalibata sebagai tempat menaruh motor hasil kejahatan, motor alat kejahatan, dan senjata api. Senjata api diletakkan di jok motor.
"Jadi setiap habis beraksi, barang-barang itu langsung dilarikan ke Stasiun Kalibata," kata Hendro.
Kelompok ini memilih stasiun kalibata untuk menghilangkan jejak sehabis beraksi.
Selanjutnya para pelaku pulang ke apartemen menggunakan ojek aplikasi. Kemudian kembali ke parkiran beberapa hari kemudian untuk mengambil motor curian dan dijual.
Begitulah kelompok ini melakukan aksinya selama 8 bulan ini. Berdasarkam keterangan para pelaku, mereka hanya memakai stasiun kalibata saja. Belum pernah di stasiun lain. (Theo Yonathan Simon Laturiuw)