Kamis, 20 November 2025

Kasus First Travel

Sedihnya Sri dan Sang Suami Lima Jam Perjalanan ke Jakarta Tapi Tak Bisa Ambil Paspor

Warga Cirebon, Jawa Barat itu datang untuk melaporkan Fisrt Travel sekaligus mengambil paspor yang dijadikan barang bukti.

Theresia Felisiani/Tribunnews.com
Sri 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah menempuh perjalanan selama sekitar lima jam menggunakan mobil pribadi, Sri dan suaminya tiba di Gedung Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri di Gambir, Jakarta Pusat, Sabtu (26/8/2017) pagi.

Warga Cirebon, Jawa Barat itu datang untuk melaporkan Fisrt Travel sekaligus mengambil paspor yang dijadikan barang bukti.

Setiba di Gedung Bareskrim, Sri dan suaminya segera menuju lobi dan menanyakan letak Crisis Center. Namun, mereka mendapat jawaban bahwa Crisis Center tutup pada Sabtu dan Minggu.

"Saya ke sini mau buat laporan, sudah bayar ke Frist Travel bahkan sampai nambah, tapi belum berangkat juga," kata Sri.

"Sekalian mau ambil paspor tapi Crisis Center tutup, hanya buka di hari kerja. Saya tidak tahu kalau Sabtu Minggu tutup," ujar Sri.

Baca: PKB Siap Dukung Ridwan Kamil Asalkan Pendampingnya Bukan Bima Arya

"Padahal sudah bawa semua persyaratan seperti foto kopi KTP dan dokumen lain," tambahnya.

Sri dan sang suami kemudian memutuskan kembali ke Cirebon. Mereka berencana kembali ke Bareskrim pada Senin (28/8/2017) besok.

"Mau bagaimana lagi, kami Senin harus kembali ke sini," katanya.

Pengusaha asal Arab Saudi, Ahmad Saber merasa ditupu oleh Andika Surachman, pemilik First Travel.
Pengusaha asal Arab Saudi, Ahmad Saber merasa ditupu oleh Andika Surachman, pemilik First Travel. (TRIBUNNEWS.COM/FAHDI FAHLEVI)

Menurut seorang petugas Bareskrim, sejumlah korban First Travel tidak tahu jika Crisis Center hanya buka Senin-Jumat. Alhasil mereka pulang tanpa hasil dan datang lagi di hari Senin.

"Crisis Center tutup, hanya buka di hari kerja. Sejak Sabtu pagi banyak korban yang datang karena tidak tahu kalau tutup. Mereka rata-rata dari luar Jakarta, kasihan juga sudah jauh-jauh datang ke sini," katanya.

Sejak Bareskrim membuka Crisis Center untuk korban First Travel, 16 Agustus lalu, sudah ada sekitar 4.000 aduan yang masuk ke Crisis Center First Travel. Jumlah tersebut kemungkinan masih akan bertambah.

Seperti diberitakan, polisi telah menetapkan pendiri dan pemilik First Travel, Andika Surachman dan istrinya, Anniesa Hasibuan, sebagai tersangka kasus penipuan.

Mereka diduga menilap dana puluhan ribu jemaah umrah yang menggunakan jasa First Travel. Aksi tersebut membuat para calon jemaah umrah gagal berangkat ke Tanah Suci.

Kekecewaan yang sangat dalam juga dirasakan Supriatin (53), warga Perumnas 3, Kelurahan Aren Jaya, Kota Bekasi.

Baca: Empat Hari Jelang Wukuf, 112 Jemaah Haji Indonesia Meninggal di Arab Saudi

Supriatin mendaftar pada Desember 2016 dan dijanjikan First Travel berangkat pada Mei 2017.

Namun, hingga kini Supriatin bersama enam tetangganya tidak kunjung mendapat kepastian berangkat umrah.

"Ya saya nunggu aja kabarnya dari teman-teman, tapi sampai sekarang enggak ada kabar, tahunya sudah ada kasus aja," ujar Supriatin di rumahnya, Jumat (25/8/2017).

Supriatin sudah melunasi biaya umrah kepada First Travel sebesar Rp 14,3 juta beserta 10 persen pajaknya.

Pembayaran dilunasi dalam dua tahap, Rp 5 juta dan pembayaran kedua Rp 9,3 juta.

"Waktu itu kayak dikejar-kejar, dalam beberapa hari harus lunas dua kali bayar dalam jangka waktu satu bulan. Karena kami sudah siap, ya kami lunasin," ungkap Supriatin.

Setelah melunasi pembayaran, Supriatin diberi pakaian dan koper berlogo First Travel. Tapi kini perempuan kelahiran Surabaya itu sangat sedih dan kecewa karena tidak kunjung diberangkatkan umrah.

"Pas dengar (First Travel bermasalah) sedih, nyesal, kecewa, campur aduk. Kok jadi begini. Ngumpulin (uang) sedikit-sedikit. Jadi pikiran terus, enggak bisa tidur," kata dia.

Tiga bos first travel Andika Surachman, Anniesa Hasibuan dan Kiki Hasibuan.
Tiga bos first travel Andika Surachman, Anniesa Hasibuan dan Kiki Hasibuan. (ISTIMEWA)

Supriatin melunasi biaya umrah kepada First Travel dari hasil menabung selama sekitar lima tahun. Dia menyisihkan uang dari penghasilannya sebagai pemijat khusus perempuan bertarif Rp 45.000.

Sementara suami Supriatin, Arifin (50), bekerja sebagai pengemudi odong-odong pada pagi hingga sore hari. Penghasilan Arifin dan istrinya sama-sama tidak menentu.

Namun, jika dirata-rata, setiap harinya Arifin membawa pulang uang ke rumah sebesar Rp 15.000 hingga Rp 20.000.

Arifin dan Supriatin tinggal di rumah kontrakan selama lebih dari 15 tahun. Keduanya telah dikaruniai seorang anak perempuan berusia 13 tahun yang kini duduk di bangku SMP.

Arifin dan Supriatin harus membayar uang mengontrak rumah sebesar Rp 7 juta per tahun. Supriatin kini hanya bisa berharap bisa segera diberangkatkan umrah oleh First Travel, atau uangnya dikembalikan. (the/kps)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved