DKI Yakin Tanaman Ini Mampu Serap Polusi Udara Hingga 45,44 ug/gram
"Sebagai langkah awal, Dinas Kehutanan menanam 100 ribu tanaman Bougenville pada jalur Jenderal Sudirman dan MH Thamrin," tutur Suzi
Editor:
Imanuel Nicolas Manafe
"Tanam pohon untuk mengurangi polusi udara? Itu tidak tepat," kata Puput, sapaannya, di kantor KPBB, Gedung Sarinah lantai 12, Jakarta Pusat, Jumat (16/8/2019).
Menurutnya, langkah pemerintah kota untuk menanam pohon tersebut dinilai latah.
"Kadang-kadang, kawan-kawan Pemda (Pemerintah daerah) itu pintar. Termasuk kawan-kawan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pintar dalam tanda kutip," sindir Puput.
Sebetulnya, lanjut Puput, menanam pohon untuk mengurangi polusi udara itu sama sekali tidak berpengaruh.

"Itu tidak ada pengaruhnya. Kalau namanya polutan dengan tanaman tidak ada pengaruhnya," tegas Puput.
Kalau untuk meredam suhu, sambungnya, bisa dikatakan benar.
"Dan kalau untuk menghijaukan kota juga benar. Tetapi kalau untuk mengurangi polusi udara, tidak tepat," tutur Puput.
Puput menjelaskan, tumbuhnya pepohonan maka dapat mengeluarkan oksigen dan mampu menangkap karbondioksida.
"Tapi polutannya tidak ditangkap oleh si pohon," imbuh Puput.
Paling tidak, pohon tersebut hanya mampu menjerap polutan saja.
"Dijerap itu seperti menempel di daunnya, menempel di batangnya, begitu hujan menjadi basah, luruh ke tanah. Kalau tidak ada hujan, atau kemarau, ya kena angin terbang lagi," jelas Puput.
Bahkan kalau pohonnya terlalu rindang, tetapi sumber pencemarannya tidak dibatasi, maka pencemarannya menjadi terkungkung.
Sekali lagi, Puput menegaskan, untuk mengurangi polusi udara yakni dengan cara mengatur sumbernya.
Dirinya menyontohkan, sumber tersebut adalah kendaraan bermotor yang dinilai banyak menyumbang polutan.
Sebaiknya, bahan bakar yang digunakan pengendara motor adalah menggunakan pertamax.