Minggu, 7 September 2025

Berusia 23 Tahun, William Aditya Sarana, Anggota DPRD DKI dari PSI Punya Harta Kekayaan Rp 1,5 M

William Aditya Sarana, anggota DPRD DKI Jakarta yang membongkar anggaran lem aibon senilai Rp 82 miliar ternyata memiliki harta kekayaan senilai Rp 1,

Penulis: Sri Juliati
KOMPAS.com/RYANA ARYADITA UMASUGI
William Aditya Sarana, Anggota DPRD DKI periode 2019 - 2024 dari PSI. 

William Aditya Sarana, anggota DPRD DKI Jakarta yang membongkar anggaran lem aibon senilai Rp 82 miliar ternyata memiliki harta kekayaan senilai Rp 1,5 miliar. Ini rinciannya.

TRIBUNNEWS.COM - Anggota DPRD DKI Jakarta, William Aditya Sarana menjadi sorotan setelah membongkar anggaran lem aibon senilai Rp 82 miliar.

Ia mengungkap adanya sejumlah kejanggalan dalam rancangan Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2020 DKI Jakarta.

Selain itu, kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu juga menemukan anggaran pengadaan bolpoin sebesar Rp 124 miliar di Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Jakarta Timur.

Selain itu, anggaran Rp 121 miliar juga ditemukan untuk pengadaan 7.313 unit komputer di Dinas Pendidikan.

Lalu, ada beberapa unit server dan storage dianggarkan senilai Rp 66 miliar oleh Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik.

Baca: Siapa William Aditya Sarana? Anggota DPRD DKI Termuda yang Bongkar Anggaran Aibon Rp 82 M

Siapa William Aditya Sarana? Anggota DPRD DKI Termuda yang Bongkar Anggaran Aibon Rp 82 M
Siapa William Aditya Sarana? Anggota DPRD DKI Termuda yang Bongkar Anggaran Aibon Rp 82 M (Kolase Tribunnews/Kompas)

Aksi William Aditya Sarana yang cukup berani ini membuatnya jadi sorotan awam.

Ternyata, William Aditya Sarana adalah anggota DPRD DKI Jakarta termuda karena masih berusia 23 tahun.

Lelaki kelahiran Jakarta Barat, 2 Mei 1996 ini baru saja diwisuda dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) pada akhir Agustus.

Walau masih muda dan baru lulus kuliah, William memiliki harta kekayaan bernilai miliaran rupiah.

Dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang dilaporkan William Aditya Sarana per 13 Mei 2019 ke KPK, ia memiliki harta kekayaan senilai Rp 1.586.000.000.

Aset berupa kas dan setara kas menyumbang sebagian besar kekayaan William, yaitu sebesar Rp 1 miliar.

Sisanya, William memiliki aset berupa satu bidang tanah dan bangunan di Kota Depok senilai Rp 500 juta.

Ia juga memunyai mobil Toyota Yaris senilai Rp 80 juta dan harta bergerak lainnya sebesar Rp 6 juta.

William tidak memiliki sepeser pun utang.

Berikut daftar harta kekayaan William Aditya Sarana, sebagaimana dikutip Tribunnews.com dari elhkpn.kpk.go.id:

A. TANAH DAN BANGUNAN Rp 500.000.000

1. Tanah dan Bangunan Seluas 27.35 m2/22.6 m2 di KOTA DEPOK LAINNYA Rp500.000.000

B. ALAT TRANSPORTASI DAN MESIN Rp 80.000.000

1. MOBIL, TOYOTA YARIS Tahun 2013, LAINNYA Rp 80.000.000

C. HARTA BERGERAK LAINNYA Rp 6.000.000

D. SURAT BERHARGA Rp ----

E. KAS DAN SETARA KAS Rp 1.000.000.000

F. HARTA LAINNYA Rp ----

Sub Total Rp 1.586.000.000

UTANG Rp ----

TOTAL HARTA KEKAYAAN Rp 1.586.000.000

Profil dan Sepak Terjang William Aditya Sarana

William Aditya Sarana maju sebagai caleg PSI dari daerah pemilihan DKI Jakarta 9 meliputi Kecamatan Cengkareng, Kalideres, dan Tambora.

Dalam Pileg 2019, William sukses meraih 12.295 suara yang mengantarkannya sebagai legislator termuda.

Ia kini duduk di Komisi A DPRD DKI Jakarta yang mengawasi bidang pemerintahan, satu komisi dengan eks penyanyi cilik Tina Toon.


William Aditya Sarana
William Aditya Sarana ()

Dikutip dari Tribun Jakarta, William mengaku telah jatuh cinta dengan dunia politik sejak SMA.

William yang saat itu bersekolah di SMA Dian Harapan, memutuskan untuk bergabung sebagai OSIS.

Selepas SMA, minat William Aditya Sarana terhadap dunia politik semakin tersalurkan.

Ia tercatat dua kali magang di lembaga pemerintahan yakni Sekretariat Kabinet (2017) dan Mahkamah Konstitusi (2015).

Bahkan, William Aditya Sarana juga menjadi anggota kongres mahasiswa UI sekaligus ketua mahkamah mahasiswa UI.

Dengan berbagai pengalamannya tersebut, William semakin terlibat di dunia politik praktis, terutama saat terjun menjadi caleg.

Hal itu dilakukan karena William merasa, anggota DPRD DKI di periode sebelumnya cukup "buruk".

Satu di antara alasannya, karena tak ada anggota yang melaporkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) ke KPK.

William Aditya Sarana
William Aditya Sarana (TWITTER.COM)

William Aditya Sarana juga menorehkan penghargaan yang tak main-main.

Ia pernah meraih Juara 1 PKM-Penelitian FHUI (2016) dan Juara 3 Consdraft MPR RI (2017).

Bahkan, Alumni UI itu sempat diganjar penghargaan Student Research Award Tanoto Foundation (2015) dan Finalist of National Constitutional Drafting Competition Padjajaran Law Fair (2016).

William rupanya kerap menjadi pembicara di berbagai acara.

Sebut saja International Symposium Human Rights for Youth pada 2016 lalu yang digelar UI bersama organisasi Human Rights Resource Centre.



Anggota DPRD DKI Jakarta terpilih PSI, William Aditya Sarana, saat diwawancarai Wartawan, sebelum pelantikan jabatan anggota DPRD DKI Jakarta, di area kantor DPRD DKI Jakarta, Senin (25/8/2019).
Anggota DPRD DKI Jakarta terpilih PSI, William Aditya Sarana, saat diwawancarai Wartawan, sebelum pelantikan jabatan anggota DPRD DKI Jakarta, di area kantor DPRD DKI Jakarta, Senin (25/8/2019). (TribunJakarta.com/Muhammad Rizki Hidayat)

Masih dari Tribun Jakarta, keputusan William Aditya Sarana terjun ke politik praktis di usia muda rupanya sempat ditolak keluarga.

Penolakan tersebut karena adanya anggapan, politik itu "kotor."

"Yang kaget dan sempat menolak sebenarnya keluarga saya. Karena dianggap terlalu muda dan politik kotor."

"Keluarga awalnya enggak mendukung. Mereka (mulai) menerima ketika dapat nomor urut, karena rangkaiannya kan panjang sampai dapat nomor urut."

"Kalau pas seleksi kan kurang setuju," tutur dia.

Sang ayah yang seorang advokat ingin agar William mengikuti jejaknya.

Apalagi William juga memiliki latar belakang pendidikan hukum.

"Ayah saya advokat jadi mungkin ekspektasi ke saya juga jadi advokat."

"Tapi menurut saya politik lebih penting sih dalam kondisi bangsa seperti ini karena kita kekurangan politisi baik," kata dia.

(Tribunnews.com/Sri Juliati) (Tribun Jakarta/Kurniawati Hasjanah)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan