Sabtu, 6 September 2025

Banjir di Jakarta

PSI Kritik Rencana Anies Baswedan soal Toa Banjir, Relawan Jakarta Maju: Ini Alat yang Canggih

Ketua Relawan Jakarta Maju, Usamah Abdul Aziz menyebut DWS adalah sistem peringatan dini untuk banjir yang canggih, ini bukanlah toa biasa.

Penulis: Isnaya Helmi Rahma
Editor: Ifa Nabila
Youtube metrotvnews
Ketua Relawan Jakarta Maju, Usamah Abdul Aziz 

TRIBUNNEWS.COM - Ketua Relawan Jakarta Maju, Usamah Abdul Aziz mengungkapkan sistem peringatan dini untuk banjir yang dipasang oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bukanlah 'toa' biasa.

Ini merupakan disaster warning system (DWS) yang berbentuk menerara perngeras suara.

Usamah menyebut DWS adalah sistem peringatan dini untuk banjir yang canggih.

Pernyataan ini ia ungkapkan dalam program 'PRIMETIME NEWS' yang dilansir dari kanal YouTube metrotvnews, Minggu (19/1/2020).

Sebelumya, Politisi PSI, William Aditya Sarana yang juga hadir diacara tersebut mengkritik 'toa' Anies Baswedan ini adalah cara tradisional yang mirip dengan era perang dunia ke II.

William menyebut seharusnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI mengaktifkan kembali aplikasi Pantau Banjir.

Menurutnya itu lebih baik daripada DWS tersebut.

s
Ketua Relawan Jakarta Maju, Usamah Abdul Aziz (YouTube metrotvnews)

"Pendekatan di mana titik besarnya ada di toa ini menurut saya suatu cara yang tradisional, seperti perang dunia ke II," ujar William.

"Seharusnya lebih dapat menggunakan pendekatan yang lebih modern," imbuhnya.

"Kita sudah punya yang namanya aplikasi Pantau Banjir, dalam aplikasi ini ada fitur siaga banjir," jelasnya.

"Jadi kalau ada banjir orang yang download aplikasi itu akan diberikan notifikasi kalau akan ada banjir," ungkap William

William juga menuturkan untuk yang tidak memiliki aplikasi tetap mendapat notifikasi namun melalui sms.

Mendengar jawaban William, Usamah menyebut bahwa di zaman secanggih ini pun, dalam melakukan peringatan lebih efektif menggunakan suara.

"Di gedung-gedung secanggih apapun, baik peringatan maupun pengumuman sekarang tetap menggunakan suara," ujar Usamah.

"Apa iya seseorang yang berkunjung ke mall harus menggunakan aplikasi atau sms dulu 'oh iya ada bencana' nggak kan?" imbuhnya.

Usamah menyebut bahwa toa ini merupakan wujud keinginan dari Pemprov DKI Jakarta untuk melakukan hal yang lebih maksimla untuk peringatan dini.

s
Politikus PSI, William Aditya Sarana (kiri) dan Ketua Relawan Jakarta Maju, Usamah Abdul A. (kanan) (YouTube metrotvnews)

"Dari Pemprov DKI Jakarta dengan toa ini kami ingin melakukan hal yang lebih maksimal lagi (untuk peringatan dini)," tegas Usamah.

"Kalau tadi Mas William bilang kalau enggak ada smartphone pakai sms," imbuhnya.

"Apa iya orang tengah malam ada sms masuk langsung bangun? enggak juga, nah hal ini yang harus diantisipasi," jelasnya.

Usamah kemudian menjelaskan terkait DWS ini.

Di mana DWS bukanlah hanya sebuah toa biasa.

Alat ini dapat berguna untuk memberikan informasi mengenai kondisi pintu air.

"Ini adalah aplikasi atau alat DWS ini sebuah alat yang canggih yang dapat mendeteksi air yang akan datang nantinya," kata Usamah.

"BPBD dapat menggunakan sistem ini berdasaran informasi di pintu-pintu air," imbuhnya.

"Begitu pintu air sudah memasuki ke siaga tiga dengan otomatis tim dari BPBD akan memberikan informasi ke warga, ini udah automatic," jelasnya.

Dalam kempatan itu, Usamah juga merasa keberatan kalau DWS ini disebut sebagai toa.

"Ada satu hal lagi yang ingin saya kritisi dalam topik ini, kenapa menggunakan nama toa? kenapa tidak memanggilnya dengan DWS?" tanya Usamah.

"Karena ini akan membuat orang-orang berpikir toa saja sampai Rp 4 miliiar? Itu berapa toa? jangan (berpikir seperti itu)" imbuhnya.

Mendengar pertanyaan Usamah, pemandu acara pun mengatakan bahwa kata toa keluar sendiri dari ucapan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Pak gubernur sendiri yang mengatakan toa lho, sehingga kita tidak bisa menyalahkan wacana perkembangan saat ini," ujar pemandu acara tersebut.

s
 (YouTube metrotvnews)

"Iya, nah makanya disini kami meluruskan, ini tidak hanya sekedar toa tapi ini sebuah sistem," timpal Usamah.

Sebelumnya diberitakan, BPBD berencana membeli enam set perangkat pengeras suara canggih untuk memperkuat sistem peringatan dini.

Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapudatin)  BPBD M Ridwan menjelaskan, pengeras suara yang memiliki nama DWS nantinya akan tergabung dalam sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) BPBD DKI.

Ia mengatakan alat ini diperlukan agar informasi dapat tersampaikan ke warga dengan baik.

"Kalau tambah pakai toa kan akan menjadi lebih bagus untuk melengkapi informasi ke warga," ujar Ridwan yang dikutip dari Tribunnews.com. 

"Nantinya akan dipasang di Tegal Alur, Rawajati, Makasar, Jati Padang, Kedoya Selatan, dan Cililitan," katanya. 

(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma/Andari Wulan Nugrahani)
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan