Banjir di Jakarta
Kritik Ide Anies Baswedan agar Lurah Keliling Pakai Toa seperti Perang Dunia, PSI Beri Solusi Begini
Anies Baswedan sempat minta lurah keliling pakai toa dan ada anggaran Rp 4 miliar untuk toa, William Aditya beri kritik dan solusi begini untuk banjir
Penulis:
Ifa Nabila
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), William Aditya Sarana mengkritik ide Gunernur Jakarta Anies Baswedan soal toa.
William menyebut saran Anies Baswedan agar lurah keliling menggunakan toa demi mengumumkan datangnya banjir sangatlah tradisional seperti Perang Dunia II.
Bersamaan kritikan itu, William memberikan solusi lain yang ia anggap lebih modern.
Dilansir Tribunnews.com, hal itu diungkapkan William dalam tayangan PRIMETIME NEWS di kanal YouTube metrotvnews, Minggu (19/1/2020).
Sebelumnya, William memang sudah terang-terangan meledek ide toa Anies Baswedan seperti masa Perang Dunia II.
"Menurut saya, cara yang dipakai oleh Pak Gubernur menurut saya mirip dengan cara-cara Perang Dunia II, saya pernah bilang begitu kan," ujar William.
Meski demikian, William sebenarnya tahu ada ide Anies Baswedan yang lain dengan wujud toa yang lebih canggih yang akan memakan anggaran Rp 4 miliar.
"Karena begini, ada dua jenis toa sebenarnya yang ramai diperbincangkan hari-hari ini," kata William.
"Pertama yang canggih itu, yang Rp 4 miliar, yang satu lagi toa yang biasa," jelasnya.
Namun William menyorot pada ide Anies Baswedan agar lurah berkeliling kampung menggunakan toa yang dinilai sangat ketinggalan zaman.
"Pak Gubernur kan bilang lurah nanti keliling di kampung-kampung pakai toa, jadi ada dua jenis toa tuh," kata William.
"Nah, dua pendekatan ini yang di mana titik besarnya itu toa menurut saya cara yang sangat tradisional, seperti Perang Dunia II," sambungnya.
Sebagai solusi, William menawarkan aplikasi bernama Pantau Banjir yang ternyata sudah ada sejak lama.
"Harusnya lebih pakai pendekatan yang lebih modern. Pakai namanya aplikasi Pantau Banjir, kita sudah ada aplikasi Pantau Banjir," kata William.
William menjelaskan warga Jakarta bisa mengunduh aplikasi tersebut untuk nantinya diberi pemberitahuan terkait banjir.
"Nah dalam aplikasi Pantau Banjir tersebut, sebenarnya ada fitur yang namanya Siaga Banjir, jadi kalau ada banjir, orang yang download aplikasi itu akan diberikan notifikasi," jelasnya.
Sayangnya, aplikasi Pantau Banjir versi terbaru justru menghilangkan fitur pemberitahuan banjir tersebut.
Meski demikian, William menyebut warga yang tidak punya aplikasi tersebut bisa tetap mendapat pemberitahuan sebelum adanya banjir melalui SMS.
"Nah sayangnya sekarang fitur Siaga Banjir yang memberikan notifikasi tersebut sudah tidak ada di versi yang terbaru," tuturnya.
"Nah, bagi mereka yang tidak punya aplikasi bisa di-SMS, jadi lebih baik pakai cara-cara yang seperti itu," ucap William.
Berikut video lengkapnya:
Warga Jatinegara Tolak Toa
Mamat Sahroni, seorang warga Kelurahan Bidara Cina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, menolak pengadaan peralatan peringatan banjir yang di antaranya berupa toa yang membutuhkan anggaran total Rp 4 miliar.
Diketahui, rencana pengadaan peralatan peringatan banjir ini dicetuskan oleh Anies Baswedan dalam pidatonya pada Rabu (8/1/2020) lalu.
Mamat menyebut, di wilayahnya sudah ada toa peringatan namun tidak berfungsi dengan baik ketika banjir datang.
Dilansir Tribunnews.com, hal ini diungkapkan Mamat dalam wawancara unggahan YouTube KOMPASTV, Minggu (19/1/2020).
Mamat yang juga merupakan Ketua RW 7 di wilayah itu menyebut, sudah ada toa di daerahnya namun tak pernah ada pengecekan dari pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Selama dipasang sampai saat ini, kalau masalah pengecekan itu belum ada," ujar Mamat.
Selain itu, Mamat juga mengaku toa yang dipasang tidak berfungsi baik lantaran tidak berbunyi di saat yang tepat.
Menurut Mamat, toa di daerahnya tidak berbunyi saat banjir dan malah berbunyi ketika cuaca panas.
"Itu pun masalah bunyi, ya memang bunyinya empat kali ya," jelas Mamat.
"Bunyinya pun di waktu banjir malah tidak bunyi, di waktu panas malah bunyi," sambungnya.
Tak hanya itu, toa tersebut juga hanya mengeluarkan bunyi pelan.
"Jadi bunyinya juga pelan sekali," tambahnya.
Diketahui toa yang terpasang di kawasan Bidara Cina berada di empat titik dan sudah ada sejak 8 tahun lalu.
Warga setempat juga lebih banyak mengetahui soal banjir melalui media sosial atau media massa.
Mereka juga berinisiatif untuk koordinasi dengan petugas Pintu Air Katulampa soal datangnya banjir.
Maka dari itu, Mamat lebih memilih Pemprov Jakarta memberi bantuan kepada korban saat banjir tiba dibanding membeli toa.
Berikut video lengkapnya:
(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)