Menelusuri Keindahan Jakarta Lewat Goresan Cat Akrilik Remaja Berkebutuhan Khusus Daffa Airotama
Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, perjalanan artistik Daffa mencapai puncaknya dalam sebuah pameran yang memukau berjudul "Jakarta: Dalam Pel
Penulis:
Choirul Arifin
Editor:
Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelukis muda berbakat Daffa Airotama Kumara menggelar pameran tunggal yang menampilkan karya-karya lukisnya tentang keindahan Jakarta di studio Outsider Art Jakarta di Mitra Hadiprana Boutique and Mall, Jalan Kemang Raya 30 Jakarta Selatan.
Ada puluhan koleksi lukisan yang dia tampilkan dalam pameran yang berlangsung 13 sampai 28 Januari 2024 ini.
Tema lukisan menampilkan ragam pemandangan dan keunikan Jakarta berikut dengan hiruk-pikuk dan kemacetannya.
Daffa bercerita tentang halte bus Transjakarta, Keong Mas di Taman Mini Indonesia Indah, LRT Jakarta, hingga Pasar Bunga Rawabelong.
Di sejumlah lukisan lain Daffa juga melukis tentang kuliner khas Jakarta dan kuliner yang jadi ikon kawasan di Jakarta seperti kerak telor dan gule tikungan (gultik) di Jakarta Selatan.
Di beberapa lukisan, Daffa yang merupakan pelukis berkebutuhan khusus juga menampilkan suasana Jakarta di malam hari seperti warna-warna langit.
Seluruh karya lukis dia ini dituangkan di atas kanvas menggunakan cat akrilik dengan sentuhan warna-warna yang berani dan colorful.
"Karya tulisan dia bergaya naif dekoratif, gaya kekanak-kanakannya kuat. Ada 30-an karya yang dipamerkan. Daffa ini sangat produktif melukis, tergantung kanvas dan cat yang disediakan," ujar Kak Toto, mentor sekaligus pengarah Daffa dalam melukis saat berbincang dengan media di Outsider Art, Sabtu, 13 Januari 2024.
Baca juga: 64 Lukisan Karya Jeihan yang Dibuat Sejak tahun 50-an hingga 2016 Dipamerkan di Ubud
Toto mengatakan, Daffa biasa melukis dengan tema-tema yang diarahkan. Dia suka juga melukis potret.
"Lukisan potretnya banyak dikoleksi beberapa pejabat seperti Pak Jusuf Kalla. Gaya melukisnya karikaturis. Seharian dia bisa melukis 1 lukisan. Dia juga begitu detail," ungkap Toto.
Dia mengatakan, pameran tunggal kali ini sudah direncanakan sejak 3 tahun lalu. Persipan produksi riil karya-karya lukisnya dilakukan selama 10 bulan. Sementara, persiapan properti pameran dilakukan selama 3 bulan.
Soal perannya dalam mendorong Daffa melukis, Toto mengatakan, "Tugas saya adalah menggali, mencari tahu kelebihan-kelebihan yang dimiliki yang di mata orang lain dianggap sebagai suatu kekurangan, untuk menghasilkan karya-karya yang ajaib."
Toto menambahkan, pelukis berkebutuhan khusus seperti Daffa tidak terikat teori-teori seni manapun saat melukis, begitu juga soal harga kanvas dan sebagainya.
"Mereka melukis dengan sangat merdeka," ujarnya.
Untuk pameran tunggal kali ini karya-karya Daffa dikurasi oleh Toto bersama orangtua Daffa dan juga pihak ketiga. "Kita fleksibel," ujar Toto.
Baca juga: Hapus Stigma Negatif Warga Berkebutuhan Khusus Lewat Batik
Lahir pada 19 November 1998, Daffa Airotama Kumara mendapat bimbingan melukis dari Kak Toto di Credo Art Space, Jatibening, Bekasi.
Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, perjalanan artistik Daffa mencapai puncaknya dalam sebuah pameran yang memukau berjudul "Jakarta: Dalam Pelukan Malam" di pameran tunggal ini.
"Saya menemukan Daffa saat dia sudah lama belajar melukis. Saya hanya mempertajam saja dan mengasahnya saja termasuk untuk membantu pola-pola marketing dan branding," ungkap Kak Toto.
"Keahlian yang dia punya saya coba pertajam, kemudian kami berdiskusi dengan Cradle apa saja yang kita bisa kerjakan. Saya melihat, aktivitas melukis bagi Daffa adalah aktivitas yang membahagiakan," lanjutnya.
Dia melukis semuanya tanpa tekanan. Karya-karya anak berkebutuhan khusus seperti Daffa ini, bagi seniman profesional, ada hal hal yang mereka cari karena melukis dengan jujur dan merdeka," imbuhnya.
Iwan, orangtua Daffa mengatakan, Daffa didiagnosis menderita autis sejak usia 2 tahun.
"Sejak itu kita sebagai orangtua melakukan beberapa terapi, diantaranya melukis. Dia kemudian mulai senang menggambar di usia 4 tahun. Kita beri kertas HVS, dia mulai berlatih melukis," beber Iwan.
Saat usianya memasuki 9 tahun, Iwan kemudian membawa Daffa bergabung ke sanggar seni untuk bisa membimbing dan mempertajam bakatnya melukis.
"Di tahun 2011 saat usia dia 11 tahun, kita menemukan sanggar Credo Art Space untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang sekarang dipegang oleh Kak Toto. Sejak di Credo dia mulai belajar melukis pakai kanvas," beber Iwan.
Sebelumnya Daffa dibimbing oleh almarhum Pak Ali selama 8 tahun.
"Pameran tunggal ini adalah impian mamanya dan cita-cita mamanya. Insyaallah saya yakin mamanya pasti bangga dan angat senang dengan bisa diselenggarakannya pameran tunggal ini," kata Iwan seraya menuturkan bahwa ibu kandung Daffa baru saja meninggal sekitar 40 hari lalu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.