Sabtu, 27 September 2025

Diplomat Muda Tewas di Menteng

Apsifor: Diplomat Arya Daru Hadapi Dinamika Psikologis yang Kompleks

Apsifor menyimpulkan almarhum memiliki karakteristik kepribadian yang cenderung menekan dan menyembunyikan apa yang dirasakan.

Penulis: Reynas Abdila
Tribunnews.com/ Reynas Abdila
KEMATIAN DIPLOMAT - Buku berjudul Diplomat Pertama: Sebuah Pencapaian-Cita-cita karya Arya Daru Pangayunan dijadikan barang bukti kasus kematian diplomat Kementerian Luar Negeri di Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025). Ahli Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Nathanael E. J. Sumampouw mengungkap kondisi psikologis diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ahli Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Nathanael E. J. Sumampouw mengungkap kondisi psikologis diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan.

Ahli Asosiasi Psikologi Forensik—atau yang tergabung dalam Apsifor (Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia)—adalah para psikolog profesional yang memiliki keahlian khusus dalam menerapkan ilmu psikologi dalam konteks hukum dan peradilan.

Baca juga: 4 Poin Analisis Psikolog Forensik Arya Daru Pangayunan: Kesulitan Ekspresikan Emosi Negatif

Hal itu disampaikan dalam konferensi pers kematian Arya Daru di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (29/7/2025).

Pemeriksaan terhadap Arya Daru dilakukan oleh tim yang terdiri dari tujuh psikolog berpengalaman dengan pendekatan otopsi psikologis.

Nathanael menyebut dalam proses pengungkapan pihaknya mewawancarai keluarga, rekan kerja, atasan, dan orang-orang yang mengenal almarhum.  

Selain itu pihaknya juga mempelajari dokumen dan informasi dari kehidupan pribadi, pekerjaan, serta data dari kepolisian untuk memahami kondisi psikologis.

Dari hasil pemeriksaan mendalam terungkap bahwa almarhum memiliki riwayat untuk mengakses layanan kesehatan mental secara daring. 

Data yang dihimpun, upaya itu pertama kali tercatat pada tahun 2013 dan terakhir kali terpantau pada tahun 2021.

Menurutnya, almarhum menjalankan tugas sangat mulia yakni memberikan perlindungan kepada Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri. 

Nathanael mengungkap Arya Daru seorang pekerja kemanusiaan yang memikul berbagai tanggung jawab, pelindung, pendengar, dan penyelamat (rescuer) bagi WNI yang terjebak dalam situasi krisis. 

Hal itu menuntut empati yang tinggi, kepekaan emosional yang mendalam, ketahanan psikologis, dan sensitivitas sosial. 

Dalam bahasa psikologis, almarhum mengalami burnout (kelelahan mental), compassion fatigue (kelelahan karena kepedulian), serta terpapar penderitaan dan trauma. 

Apsifor menyimpulkan almarhum memiliki karakteristik kepribadian yang cenderung menekan dan menyembunyikan apa yang dirasakan. 

"Almarhum mengalami dinamika psikologis yang kompleks," urainya.

Baca juga: Polisi Temukan Kandungan Obat Paracetamol dan Chlorpheniramine Dalam Tubuh Diplomat Arya Daru

Istilah psikologis merujuk pada segala hal yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan proses mental manusia. Ini mencakup cara seseorang berpikir, merasakan, berperilaku, dan merespons terhadap lingkungan atau situasi tertentu.

Namun di sisi positif, Arya Daru dikenal di lingkungannya sebagai pribadi berkarakter, suportif terhadap rekan kerja, pekerja keras, dapat diandalkan, dan peduli terhadap lingkungan sekitar.

Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra menuturkan berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan penyelidik dengan melibatkan beberapa ahli maka penyelidik menyimpulkan belum ditemukan adanya peristiwa pidana terhadap korban.

Kombes Wira enggan menyebut kasus ini sebagai kasus bunuh diri.

Pihaknya pun belum memutuskan SP3 atau surat penghentian penyelidikan terkait kasus kematian Arya Daru.

Kasus ini kematian Arya Daru belum dinyatakan ditutup oleh Polda Metro Jaya, sebanyak 24 orang sudah diperiksa.

Namun masih ada dua saksi yang belum hadir tanpa alasan pasti.

Sayangnya polisi enggan menyebut identitas dua saksi yang dimaksud. 

Diketahui, diplomat muda Arya Daru Pangayunan (39) ditemukan tewas di kamar kos kawasan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025) pagi.

Saat ditemukan, kepala korban terbungkus plastik dan terlilit lakban.

Posisi tubuh korban berada di atas tempat tidur. 

Pintu kamar dalam keadaan terkunci dari dalam.

Kepolisian juga mengungkapkan tidak ada tanda-tanda kerusakan atau kehilangan barang di kosan Arya Daru.

Baca juga: Menit Per Menit Aktivitas Diplomat Arya Daru di GI Hingga ke Kosan, Belanja Baju Ditemani Wanita

Reaksi Tetangga di Yogyakarta 

Sejumlah warga di lingkungan tempat tinggal keluarganya di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta mengaku meragukan hasil autopsi yang dikeluarkan oleh Polda Metro Jaya.

Salah satu tetangga, Djadmiko (80), menilai kematian almarhum yang diklaim aparat terlalu janggal mengingat korban disebut tewas kehabisan oksigen dengan kepala terlakban.

“Bunuh diri kok bisa lakban sendiri mukanya, terus rapi banget gitu. Saya pribadi kurang percaya,” ujarnya kepada awak media, Selasa (29/7/2025), di depan rumah keluarga Arya.

Djadmiko mengaku tidak terlalu dekat dengan Arya Daru namun menilai tidak ada tanda-tanda tekanan berat pada diri almarhum selama tinggal di Yogyakarta.

“Kalau ketemu saling sapa saja. Tapi nggak pernah ngobrol panjang. Nggak kelihatan punya masalah besar,” jelasnya.

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan