Kamis, 6 November 2025

Ruang Rasa Pekerja Media, Pameran ‘Kisah dari Palmerah’ di Bentara Budaya

Ada 44 perupa internal KG terlibat dalam pameran ini. Mereka dari lintas profesi, yakni jurnalis, ilustrator, desainer, hingga pekerja percetakan.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Tribunnews.com/ Aisyah
PAMERAN SENI RUPA - Pameran seni rupa bertajuk “Kisah dari Palmerah” digelar mulai 29 Oktober sampai 8 November di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (29/10/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sebuah pameran seni rupa bertajuk 'Kisah dari Palmerah' mewarnai ruang Bentara Budaya Jakarta. 

Bukan pameran biasa, acara ini menghadirkan napas humanisme dan jejaring memori para insan Kompas Gramedia (KG) yang menjadikan Palmerah bukan hanya alamat kantor, tetapi ruang tumbuh, belajar, dan berkarya.

Dibuka pada Rabu (29/10/2025) dan berlangsung hingga 8 November 2025, pameran ini mengajak publik melihat sisi lain dunia media, yaitu fragmen batin para pekerja kreatif yang selama puluhan tahun menghidupi ruang jurnalisme, literasi, hingga desain di bawah payung KG.

Ruang Rasa, Ruang Berkisah

Sebanyak 44 perupa internal KG terlibat dalam pameran ini. 

Mereka berasal dari lintas profesi, mulai dari jurnalis, ilustrator, desainer, hingga pekerja percetakan, yang selama bertahun-tahun menjadikan seni sebagai cara merawat perasaan, idealisme, dan ruang dialog dengan diri.

Baca juga: Pegiat Fesyen Berpeluang Tampil Gratis di Pameran Nasional, Pendaftaran IDE.IND 2025 Resmi Dibuka

Pameran ini menghadirkan karya lukis, grafis, ilustrasi, komik, hingga eksperimental yang dikurasi oleh Frans Sartono dan Efix Mulyadi, dua figur yang sudah begitu lekat dengan dunia seni dan kebudayaan KG.

“Palmerah bukan hanya tempat bekerja, melainkan ruang batin yang melahirkan cerita, persahabatan, dan permenungan,” ujar Frans Sartono, kurator sekaligus jurnalis senior Kompas di Palmerah Jakarta Pusat, Sabtu (31/10/2025). 

Mereka yang tampil dalam pameran ini termasuk nama-nama yang akrab di dunia media dan seni internal KG seperti Wedha Abdul Rasyid, Putu Fajar Arcana, Jitet Koestana, Hilmi Faiq, dan puluhan lainnya, menjadikan pameran ini sebagai ruang perjumpaan lintas generasi dan profesi.

Seni dari Denyut Kantor, Bukan Menara Gading

Di era serba cepat dan digital, pameran ini memberi ruang napas bagi publik untuk melihat sisi personal para pekerja media. 

Bukan hanya tentang berita dan deadline, tetapi keseharian yang diam-diam memupuk kreativitas dan rasa kemanusiaan.

“Karya-karya ini menjadi perwujudan kreativitas yang berakar pada keseharian, di mana kesibukan kerja tidak memadamkan daya cipta dan kepekaan estetik,” ujar kurator Bentara Budaya, Efix Mulyadi.

Pendekatan karya dalam pameran ini pun beragam. Ada yang humoris, satir, kontemplatif, hingga realistik. 

Ada yang merekam sudut ruang redaksi, ada yang menangkap ritme mesin percetakan, dan ada pula yang membawa pengunjung pada perjalanan personal.

Benang merahnya jelas: Palmerah sebagai ruang nilai, bukan sekadar lokasi—tempat idealisme dan kemanusiaan tumbuh bersama berita dan budaya.

Menjaga Warisan Kreatif Kompas Gramedia

Pameran ini juga menjadi rangkaian perayaan 43 tahun Bentara Budaya, lembaga kebudayaan KG yang sejak berdiri pada 1982 menjadi rumah pertemuan lintas gagasan, seni, dan manusia.

Melalui pameran ini, nilai-nilai yang diwariskan para pendiri seperti P.K. Ojong dan Jakob Oetama kembali digaungkan, budaya sebagai kerja kemanusiaan, bukan sekadar aktivitas seni.

Di tengah hiruk-pikuk kota, kehadiran “Kisah dari Palmerah” menjadi ruang sejenak untuk merenung tentang relasi manusia dengan ruang bekerja, dengan memori, dan dengan nilai yang dijaga bersama.

Bagi pencinta seni, jurnalisme, budaya, atau siapa pun yang ingin merayakan kisah-kisah dari balik dunia media, pameran ini bisa menjadi pengalaman hangat dan penuh makna.

 

(Tribunnews.com/ Aisyah Nursyamsi)

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved