Kamis, 11 September 2025

Tragedi Priok Berdarah

Akhirnya Badjoeri Mau Beri Keterangan

Setelah disudutkan berbagai pihak,

Editor: Tjatur Wisanggeni
JAKARTA, KOMPAS.com -- Setelah disudutkan berbagai pihak, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta Harianto Badjoeri akhirnya mau memberikan keterangan sebagai pengimbang opini publik yang berkembang. Badjoeri menyesalkan bentrokan berdarah antara pihaknya dan warga saat penertiban makam Mbah Priok di Koja.

Menurut Badjoeri, dalam melaksanakan tugasnya, Satpol PP sulit menghindari terjadinya kekerasan. Tugas mereka adalah menegakkan peraturan daerah dan menertibkan pelanggaran.

Masalahnya, banyak warga melakukan pelanggaran untuk mencari penghasilan atau mendirikan tempat tinggal di lokasi yang tidak seharusnya. Mereka tidak mau hajat hidupnya ditertibkan sehingga pasti melawan dengan cara kekerasan. Sosialisasi selalu dilakukan, tetapi sering ditolak.

”Jika diserang secara fisik, kami harus bertahan dan melawan balik supaya target penertiban berhasil dicapai. Saat itulah terjadi kekerasan dan kami yang selalu dipersalahkan. Jika warga menurut dan tidak melawan, kami juga tidak akan melakukan kekerasan,” kata Badjoeri.

Badjoeri mengatakan, satpol PP bagaikan tangan kiri pemerintah daerah. Mereka melakukan pekerjaan kasar, tetapi itu diperlukan untuk mencapai ketertiban sipil.

Bentrokan di Koja itu seharusnya tidak perlu terjadi karena pihaknya sudah melakukan pendekatan kepada beberapa pihak sejak empat tahun lalu.

”Saya sudah bertemu dengan tokoh-tokoh FBR, FPI, para habib Jakarta Utara, dan perwakilan ahli waris sejak tahun 2006. Kami sudah memberi tahu, makam tidak akan digusur, tetapi malah dipugar. Hanya akses jalan akan diubah supaya kesterilan terminal peti kemas Koja dapat dijaga,” kata Badjoeri, saat diwawancarai, Jumat (16/4/2010) kemarin.

Saat 2.000 anggota satpol PP apel pada pukul 05.00, Rabu, pihaknya mendapatkan informasi dari intelijen Kodim Jakarta Utara bahwa situasi di sekitar makam Mbah Pri0ok kondusif sehingga penertiban dapat dilakukan. Namun, di luar dugaan, di dalam areal makam terjadi provokasi yang menyebutkan satpol PP akan menggusur makam.

Ketika pasukan satpol PP sampai di Jalan Dobo, banyak warga yang langsung menyerang satpol PP dengan batu, botol, bom molotov, dan air keras. Pasukan satpol PP mengambil posisi bertahan dan perlahan merangsek maju.

”Kami tidak mungkin melempari lebih dulu karena tidak dipersenjatai dengan batu. Batu yang kami lempar adalah batu yang dilempar warga sebelumnya,” kata Badjoeri.

Sampai di depan gerbang, mereka disambut dengan ayunan pedang, celurit, dan berbagai senjata tajam. Sebanyak 29 anggota satpol PP terluka, ada yang putus jari, putus tangan, dan terburai ususnya.

Badjoeri mengakui, anak buahnya ada yang bertindak kasar terhadap warga yang tertangkap. Kekerasan terjadi sebagai bentuk dinamika lapangan. (ECA)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan