Jumat, 10 Oktober 2025

Bentrok Cikeusik

Inilah Temuan Fakta HRWG Terkait Penyerangan Cikeusik

Aktivis HRWG Choirul Anam memberitahukan mengapa ada warga Ahmadiyah dari luar Cikeusik yang datang ke daerah itu.

Penulis: Iwan Taunuzi
Editor: Kisdiantoro
zoom-inlihat foto Inilah Temuan Fakta HRWG Terkait Penyerangan Cikeusik
YouTube
Potongan adegan video Anti-Ahmadiyah Violence in Cikeusik
Laporan wartawan Tribunnews.com, Iwan Taunuzi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aktivis Human Right Working Group (HRWG) Choirul Anam yang juga sebagai pengacara Arif (perekam video penyerangan Cikeusik) memberitahukan mengapa ada warga Ahmadiyah dari luar Cikeusik yang datang ke daerah itu.

Hal itu berawal dari adanya ancaman dan teror akan ada penyerbuan pada tanggal 29 Januari 2011. Bahkan pada tanggal 4 Februari 2011 ancaman tersebut kembali beredar melalui pesan singkat yang mengatakan akan ada penyerbuan pada tanggal 5 atau 6 Februari 2011.
Akibatnya, sebanyak 25 orang jemaah Ahmadiyah yang tinggal di Cikeusik 18 di antaranya memilih mengevakuasi diri dan keluar dari Cikeusik pada 4 Februari. Lalu, 5 orang dipanggil Kepolisian dengan alasan pemeriksaan tentang keimigrasian istri pimpinan jemaah Ahmadiyah Cikeusi, Suparman yang berasal dari Filipina (setelah sampai di Polres Pandeglang baru diberitahu bahwa akan ada ancaman).

Pesan tersebut langsung diteruskan oleh 3 orang yang bertahan di Cikeusik kepada jemaah Ahmadiyah yang lain karena terancam kehilangan properti dan aset.

Alhasil sebanyak 17 jemaah Ahmadiyah dari luar Cikeusik berangkat ke Cikeusik pada tanggal 5 Februari 2011 malam dan sampai di Cikeusik pada tanggal 6 Februari pukul 08.00 WIB, untuk membantu kolega dalam mempertahankan yang menjadi hak milik dan properti Ahmadiyah. Dialog tersebut selesai pada pukul 09.00 WIB, sedang para penyerang menyerbu rumah Suparman sekitar pukul 09.45 WIB.

Apakah 17 warga Ahmadiyah yang datang ke Cikeusik melakukan provokasi dan menantang warga? Choirul Anam mengatakan menurut keterangan resmi Kepolisian, kerusuhan disebabkan 17 jemaah Ahmadiyah menantang warga, karena mengeluarkan statemen akan mempertahankan properti hingga titik darah penghabisan.

Dikatakan Choirul Anam, pernyataan ini adalah salah satu penggalan dialog antara 17 jemaah Ahmadiyah yang baru sampai ke Cikeusik dengan aparat Kepolisian yang datang ke rumah Suparman 1 jam sebelum penyerangan.

"Dialog ini bersifat privat, tertutup dan hanya disampaikan secara kekeluargaan dengan pihak Kepolisian dan tidak disampaikan kepada massa," ujar Choirul Anam di kantor Komnas HAM, Jumat (11/2/2011).

Namun pernyataan tersebut telah didengar oleh massa.

"Kenapa ini sampai ke massa? Apakah polisi yang membocorkan dan justru memprovakasi massa penyerang. Kenapa polisi menggunakan dalil ini sebagai penyebab? Bukan fokus pada gerakan, perencanaan dan pelaksanaan penyerangan yang telah dipersiapkan dengan matang, terorganisir dan terstruktur?" tanyanya.

Menurutnya, pendapat ini sangat keliru, karena sesungguhnya konsentrasi massa sudah ada di sekitar. Para penyerang yang berasal dari luar Cikeusik seperti Cibaliung, Pandeglang, Menes dan lain-lain.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved