Kamis, 4 September 2025

KH Zainuddin MZ Wafat

Kiai Hasyim: Zainuddin Tak Ada Duanya

Pengasuh pondok pesantren Al-Hikam Malang dan Depok KH Hasyim Muzadi saat kehilangan atas wafatnya KH Zainuddin MZ.

Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-inlihat foto Kiai Hasyim: Zainuddin Tak Ada Duanya
TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA
Istri almarhum KH Zainuddin MZ, Hj Kholilah, menangis di samping jenazah suaminya, yang disemayamkan di rumah duka, kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Selasa (5/7/2011). Dai kondang bernama lengkap Zainuddin Muhammad Zein meninggal hari ini saat dalam perjalanan ke Rumah Sakit Pusat Pertamina karena sakit jantung. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengasuh pondok pesantren Al-Hikam Malang dan Depok KH Hasyim Muzadi saat kehilangan atas wafatnya KH Zainuddin MZ. Maklum, mantan Ketua Umum PBNU ini telah lama bersahabat dan belakangan sering tampil satu panggung dalam sebuah program dakwah Damai Indonesiaku yang disiarkan langsung TV One.

Bagi Kiai Hasyim, dai seperti Zainuddin sampai sekarang belum ada duanya. “Sampai sekarang belum ada tipe seperti zainuddin belum kelihatan,” kata KH Hasyim Muzadi kepada wartawan di Jakarta, Selasa.

Menurutnya, Zainuddin punya jutaan penggemar karena kelebihan yang dimiliki. Salah satu kelebihannya adalah pengusaan panggung yang luar biasa. Selain itu, penjelasannya mampu diterima dengan mudah oleh pendengar. “Kelebihannya, dia bisa menjelaskan sesuatu yang sulit dengan cara yang mudah,” ungkapnya.

Kelebihan lainnya, jelas Kiai Hasyim, Zainuddin punya kelancaran berbicara dan intonasi yang menarik. Kelebihan itu membuatnya sangat digemari masyarakat Indonesia. “Dia juga punya logika-logika pendek yang menyenangkan,” pujinya.

Salah satu kenangan yang tak bisa dilupakan Kiai Hasyim, adalah penampilan Zainuddin di pondok pesantren Al Hikam Malang pada 1992. Saat itu, Zainuddin belum sangat terkenal.

“Tahun 1992 beliau manggung di Al Hikam Malang pada acara maulid nabi. Jadi sudah 20 tahun lalu. Habis dari Al Hikam, dia semakin tenar. Ketika itu saya baru saja menjadi Ketua PWNU Jatim,” ungkapnya.

Komunikasi dua tokoh ini tidak terputus. Sebelum mendirikan Partai Bintang Reformasi (PBR), Zainuddin sempat bertemua Kiai Hasyim di kantor PBNU yang saat itu masih di Jl Agus Salim, Jakarta Pusat.

“Sekitar tahun 2000, saat itu Kantor PBNU yang di Kramat Raya masih sedang di renofasi. Beliau bertemu saya di kantor PBNU Jl Agus Salim. Beliau bilang mau mendirikan partai,“ katanya.

Diceritakan Kiai Hasyim, dalam pertemuan itu terjadi diskusi yang cukup menarik. Dalam diskusi itu, Kiai Hasyim mempertannyakan rencana pendirian partai yang kemudian menjadi PBR.

“Saya mengingatkan beliau, apa sudah dipikir masak. Karena saya sendiri dari berpolitik pindah ke dakwah. Kok Pak Zainuddin dari dakwah mau ke politik,” katanya.

Mendengar ungkapan Kiai Hasyim itu, Zainuddin lantas menjawab, bahwa keinginan mendirikan partai sebenarnya aras dorongan banyak orang.

“Jadi ada dorongan dari temen-temannya Pak Zainuddin. Katanya, umat yang sekian banyak, sayang kalau hanya jadi umat pendengar, tidak berpotensi politik,” jawab Zainuddin.

Kiai Hasyim lantas mengatakan, “terorinya begitu, tapi praktiknya belum tentu begitu. Karena tidak gampang memadukan dakwah yang berteori kebenaran dengan politik yang berteori kepentingan. Jangan dakwahnya yang kalah,” kata Kiai Hasyim.

Setelah lama berbincang-bincang Zainuddin akhirnya pamit. “Saya optimis saja Pak Hasyim, mohon doa,” kata Zainuddin mengakhiri pertemuan itu.

Setelah lama menghilang dari layar televisi, Zainuddin akhirnya mulai naik panggung lagi. Keduanya dipertemukan dalam program Damai Indonesiaku yang disiarkan langsung oleh TV One tahun lalu.

Halaman
12
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan